Kutub.id- Beberapa hari lagi, masyarakat Indonesia akan memasuki perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-76. Sama seperti tahun lalu, peringatan 17 Agustus 2021 masih dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19.
Kendati demikian, sebagai masyarakat dan generasi penerus bangsa kita semua harus senantiasa mengisi Hari Kemerdekaan Indonesia dengan penuh semangat perjuangan.
Selain itu, membuat puisi dapat menjadi salah satu cara yang bisa digunakan dalam memeriahkan HUT RI ke-76.
Berikut tiga puisi kemerdekaan yang dikutip Kutub.ID dari pelajar di Jawa Barat.
Kekayaan Negeriku
Oleh Rifa Sopiyatul Kamilah
Indonesia
Negeri kaya akan budaya
Tampak elok penuh pesona
Memukau mata dunia
Alammu begitu indah
Hasil buminya melimpah ruah
Laksana surga di tanah khatulistiwa
Begitulah orang menyebutnya
Namun, kini kian berbeda
Adat istiadat tak lagi di jaga
Penebangan liar terjadi dimana-mana
Menyebabkan maraknya terjadi bencana
Mari kita jaga
Rawat alam sepenuh jiwa
Lestarikan budaya bangsa
Warisan nenek moyang kita
Bumi Pertiwiku
Oleh Ayuni Sofa Ihwani
Aku terlahir dari keindahan pertiwi
Keluasan alam menyejukkan hati
Keragaman umat agami
Indonesia biladi..
Hidup rukun meski tak seideologi
Junjung tasamuh tolak ricuh
Tak terasa bumiku semakin tua
Dirgahayu 76 Indonesiaku
Merdeka hingga akhir masa
Sejak kemerdekaan menjadi bukti
Pejuang bangsa nan ulama berdedikasi
Mengabdi jiwa raga tiada henti
Wahai engkau para pemuda
Virus corona menyebar tanpa tanda
Negeriku dikenal berbudaya
Semua berubah tak berdaya
Rutinitas maya
Ruang kelas kosong tanpa canda
Semua tak lagi saling sapa
Perkira, khawatir pendidikan mati
Lenyap dari bumi pertiwi
Indonesia biladi..
Lekas sembuh negaraku Kebanggaanku
Semua Orang merindukanmu
Negeriku Kini
Oleh Ely Nur Lathifah
Kaki ini masih tetap berpijak di sini
Di negeri dengan julukan bumi pertiwi
Yang kaya akan hasil bumi
Kaya akan keindahan bahari
Negeriku..
Beribu adat budaya engkau ciptakan
Sejuta pesona engkau lahirkan
Keramahtamahan engkau suguhkan
Menggambarkan sebuah keelokan
Nyiur hijau di pantai kian melambai
Membuat hati kian terbuai
Untaian pegunungan berjajar
Bagai benteng yang siap dihajar
Negeriku..
Keindahanmu tiada tara
Pesonamu kian menyejukkan mata
Ragam budaya yang tak terhingga
Menjadi kekayaan yang tak ternilai harganya
Tetapi, kini..
Keindahanmu seakan tertutupi
Manusia larut dalam isu yang tak henti
Menyuarakan keadilan
Berlomba-lomba mencari pembenaran
Negeri ini kian porak-poranda
Keadilan seakan tak lagi berguna
Demokrasi hanya sekadar hipokrisi
Materi kini menjadi kekuasaan tertinggi
Lantas, apakah perjuangan pahlawan sudah tak lagi berarti?
Apakah kobaran semangatnya tak lagi menyentil hati?
Apakah setiap tetes darah yang jatuh dianggap hal biasa terjadi?
Hingga kondisi negeri menjadi seperti ini
Wahai negeriku..
Aku tak tahu apa yang harus kuperbuat untukmu
Aku hanya bisa termangu
Hanya bisa menangis tersedu
Memikirkan kondisimu yang kian memilu
Tetapi..
Aku di sini akan tetap tabah
Mendoakanmu di hari-hari yang kian melemah
Wahai negeriku
Terima kasih adalah sebuah kata yang
mungkin hanya bisa kuucapkan
Padamu yang selalu bertahan walau dalam kesulitan
Negeriku yang kini
Tetap negeri yang kucintai
Penulis di atas merupakan tiga besar juara pada ajang lomba Puisi Kebangsaan yang diselenggarakan PAC IPPNU Kawalu Kota Tasikmalaya.
Editor: Renita