Kamis, Oktober 5, 2023

IWD 2022 : Kapitalisme Sebabkan Penindasan Terhadap Perempuan

Kutub.id — IWD 2022 diawali dengan long march dari kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) ke Gedung Sate yang diisi dengan orasi dan juga teatrikal dari berbagai aliansi dan organisasi.

Beberapa tuntutan yang dibawa pada aksi ini yaitu permintaan agar pelaku kekerasan seksual baik itu di institusi pendidikan tinggi, menengah dasar, maupun agama untuk diadili. Dan juga hak-hak bagi korban kekerasan seksual dipenuhi dengan baik.

Selain itu tuntutan lain yakni agar ditetapkan SOP dalam pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di seluruh jenjang pendidikan dengan disahkannya Undang-Undang Kekerasan Seksual yang pro terhadap korban.

Salah satu inisiator aksi yang tergabung dalam Aliansi Parapuan yang berasal dari Unit Kegiatan Mahasiswa Gender Research Center UPI, Sheila Rotsati menjelaskan alasan dibalik diangkatnya kapitalisme sebagai tema pada IWD 2022.

Hal itu karena setelah membaca kondisi lebih jauh, selain patriarki ternyata kapitalismelah yang menyebabkan masih banyaknya penindasan hingga hari ini.

“Dari masa ke masa itu sebetulnya sama aja bentuknya. Jadi dari mulai marginalisasi kemudian stereotipe beban ganda jadi tuh sama tapi kalau kita lihat hal yang lebih jauh sebetulnya selain patriarki yang melanggengkan penindasan terhadap perempuan itu adalah kapitalisme. Bagaimana kapitalisme membangun suatu sistem kerja sehingga perempuan tidak sejahtera,” ujarnya Selasa, (8/3/2022).

Sheila juga mengungkapkan harapannya yang ia anggap terlalu mustahil untuk terwujud, yaitu hilangnya penindasan terhadap perempuan di semua sektor. Menurutnya, di berbagai ruang pasti terdapat penindasan terhadap perempuan.

Namun ia percaya dengan bersatunya seluruh perempuan, harapannya yang terlalu mustahil bisa terwujud. Tidak berhenti pada aksi ini saja, Sheila juga mengatakan bahwa ia bersama Aliansi Para Puan akan terus melakukan pergerakan dalam hal pencerdasan.

“Misalkan bentuknya advokasi gitu jadi aliansi yang ada di dalam aliansi ini semuanya saling bahu membahu untuk menyelesaikan masalah-masalah perempuan. Itu pun karena organisasi yang bergerak yang di aliansi ini kan sebenarnya sudah ada konsen terhadap isu perempuan,” tuturnya.

Peserta aksi lainnya yang berasal dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Islam Bandung, Reinda mengaku bahwa ini pertama kalinya ia turun ke jalan untuk meramaikan aksi IWD. Ia juga mengatakan bahwa aksi ini menjadi momen baginya untuk turut memperjuangkan hak-hak perempuan dan menghilangkan permasalahan perempuan yang tak jarang terlanjur dinormalisasi.

Ia juga mengatakan empati dan simpati nya semakin bertambah setelah mengikuti aksi ini. “Jadi ingin berkontribusi gitu apalagi ini cerita dari kak siapa gitu dari Papua dia bilang bahwa kurang aman dan masih banyak kurang ruang untuk aman di Papua ini karna khususnya untuk perempuan masih banyak dilecehkan juga menjadi korban kekerasan,” pungkasnya.

Selain mengangkat isu keperempuanan, aksi ini juga mengangkat isu mengenai kemanusian. Seperti penggusuran Anyer Dalam, Penggusuran Taman Sari, kekerasan yang terjadi di Papua, dan isu isu kemanusiaan lainnya. Para perwakilannya juga turut menyampaikan orasinya pada aksi IWD tahun ini.

Penulis : Auliya Umayna/Kontributor

Baca Juga

Stay Connected

0FansSuka
20PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles