Oleh Siti Fatonah
Kutub.id- Hari Perempuan Internasional selalu dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 8 Maret. Internasional Women’s Day (IWD) diadakan sebagai perayaan atas pencapaian dalam segala bidang oleh perempuan. Tema peringatan IWD pada tahun ini yakni mengusung tema Break The Bias atau dalam bahasa Indonesia diartikan Mendobrak Bias.
Di lansir dari situs resminya, alasan mengangkat tema tersebut yakni karena bias membuat perempuan sulit untuk maju, baik secara sadar maupun tanpa sadar. Melalui tema Break The Bias, IWD memiliki harapan bahwa perempuan dari seluruh penjuru dunia bisa bersama-sama menghancurkan bias, diskriminasi dan stereotip antar gender yang ada di sekitar kita.
Dengan begitu, harapannya dunia akan melihat bahwa perempuan juga layak memiliki kesetaraan dengan laki-laki. Sehingga kehidupan akan menjadi lebih beragam, adil, inklusif dan bebas dari bias, stereotip dan diskriminasi.
“Bayangkan kita hidup di dunia yang antar gendernya setara. Dunia yang bebas dari bias, stereotip, dan diskriminasi. Dunia yang beragam, adil, dan inklusif. Dunia di mana perbedaan itu dihargai dan dijunjung tinggi. Marilah kita bersama-sama berjuang menciptakan kesetaraan bagi perempuan,” tulis IWD di situs resminya.
Awal dari Hari Perempuan Internasional
Dikutip dari BBC dan situs International Women’s Day, awal mula diperingatinya Hari Perempuan Internasional ini terjadi pada tahun 1908. Saat itu sekitar 15.000 perempuan berbaris di New York mengangkat beberapa isu, seperti jam kerja yang lebih singkat, upah yang lebih baik dan hak untuk memilih. Lalu pada tahun 1910, Konferensi Buruh Wanita Internasional mengajukan hari perayaan tiap tahunnya untuk perempuan di seluruh dunia, dalam menyuarakan tuntutan kolektif perempuan.
Dari pergerakan itulah semangat dalam memperjuangkan kesetaraan gender selalu menggaung di mana pun. Hari ini, perempuan sudah memiliki kesempatan untuk bisa setara dengan laki-laki dalam pekerjaan. Meskipun, masih banyak kerja-kerja kesetaraan yang perlu diperjuangkan dan permasalahan lainnya yang belum terselesaikan seperti kekerasan dan lainnya.
Nah, di hari Internasional Women Day kali ini. Ada 5 buku tentang perempuan yang bisa menjadi rekomendasi bacaan menyenangkan untuk kamu dan bisa menjadi pengingat untuk kita untuk bersama-sama memperjuangkan hak-hak perempuan.
Her Name Is-Cho Nam Joo
Buku ini merupakan buku terjemahan yang ditulis oleh Cho Nam Joo. Penulis novel laris Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982 ini mengisahkan tentang ketidakadilan, pelecehan, pernikahan. perceraian dan kematian orang tua. Ada 27 cerita yang akan ditemukan dalam novel ini. Cerita-cerita yang ada diharapkan bisa membantu memberikan semangat kepada para perempuan untuk terus berjuang dalam menghadapi berbagai luka-liku kehidupan dan memperjuangkan keadilan-keadilan bagi perempuan.
Sunyi di Dada Sumirah-Artie Ahmad
Saat membaca buku yang ditulis oleh Artie Ahmad ini mengisahkan tentang tiga perempuan lintas zaman dengan penderitaannya masing-masing. Tiga perempuan tersebut harus menghadapi ketidakadilan atas dirinya sendiri. Ketiga perempuan tersebut adalah Sunyi, Sumirah dan Suntini. Kehidupan ketiganya saling berkaitan satu sama lain dan membentuk kisah memilukan juga sebuah perjuangan untuk memperjuangkan ketidakadilan yang selama ini mereka perjuangkan.
Ibu Mendulang Anak Berlari-Cyntha Hariadi
Buku ini merupakan kumpulan puisi yang ditulis oleh penyair asal Tangerang. Ada 62 puisi dalam buku Ibu Mendulang Anak Berlari. Pusi-puisi yang disajikan menggambarkan dunia perempuan sebagai seorang ibu dan anak, sosok perempuan yang dipenuhi ketakjuban menjadi seorang Ibu; momen melahirkan, mengasuh anak, hingga pengharapan akan masa depan sang anak. Buku puisi yang ditulis Cyntha ini berhasil menawarkan sebuah narasi pendobrakan atas sekat normatif soal keperempuanan, konsep tubuh juga ranah domestik perempuan.
Sambal & Ranjang-Tenni Purwanti
Dalam kumpulan cerita yang ditulis oleh Tenni Purwanti ini, mengangkat tema feminisme dan gender. Buku ini pun mengisahkan tentang pergolakan perempuan, kesehatan mental dan trauma. Cerita yang ada terasa dekat dan ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hita-Dian Purnomo
Buku ini mengangkat tema dari budaya kawin tangkap yang adai di Sumbawa. Di dalam buku ini mengisahkan pengalaman banyak perempuan yang menjadi korban kawin tangkap yang terjadi di Sumbawa. Seperti kisah Magi Diela yang mempunyai impian membangun Sumba, namun kini ia harus melawan orang tua, seisi kampung, dan adat yang ingin merenggut kemerdekaannya sebagai perempuan. Buku yang sangat kritis ini ingin memperlihatkan budaya yang sangat merugikan perempuan dan seolah hanya dijadikan objek, tak punya pilihan, dan tidak boleh memiliki kebebasan.
Itu dia 5 rekomendasi bacaan yang bisa kamu pilih untuk menemani Hari Perempuan Internasional, kira-kira kamu tertarik untuk membaca buku yang mana? Atau kamu ada rekomendasi lain? Tulis di kolom komentar, ya.
Penulis merupakan Sekretaris PW IPPNU Jawa Barat.