Sabtu, September 23, 2023

Agustus Paling Serius

Oleh Alginayah

Aku pernah melalui Agustus yang paling serius.
Bertemu kamu ketika aku sedang patah-patahnya.
Kemudian dengan gantle-nya kamu meyakinkan aku dengan janji menua bersama penuh bahagia.

Lucunya, aku percaya begitu saja.
Padahal, sebelumnya aku tak pernah seserius itu, terlebih untuk orang yang baru saja tiba dalam kehidupanku.
Dimana aku akan tetap mengabaikan kebahagiaanku demi kebahagiaan kedua orang tuaku.
Dimana aku akan menelantarkan perasaanku demi melihat nafas teratur dari mereka yang telah menumpahkan banyak cinta padaku sebelum kamu.

Namun, di bulan Agustus waktu itu..
Entah badai apa yang menerjangku sampai mampu seberani itu.
Si aku yang tadinya apa-apa selalu terserah ayah yang penting baik untuk dunia akhiratku, menjadi harus terserah aku kali ini saja.
Si aku yang tadinya tak pernah berani menolak nasihat ayah demi kebaikan masa depanku, jadi merasa paling tahu bahwa pilihan akulah yang akan membuat aku bahagia.
Padahal, kenal bahkan cinta saja belum sepenuhnya menggenapi jiwa waktu itu.
Heuheu, dasar aku!

Waktu berlalu sesuai rencana.
Aku lega, karena akhirnya kisah kita resmi juga.
Aku semakin bersemangat untuk memulai hari dengan menatapmu dan menutup hari sembari menggenggam tanganmu dalam pelukanku.
Aku bahagia, akhirnya si aku yang sering ragu dan si kamu yang paling berani menghempaskan semua keraguanku itu berhasil menjadi kita dalam ikatan yang menggetarkan semesta.
Terima kasih karena pernah menciptakan kisah yang tak pernah aku kira.

Satu hari, satu minggu, satu bulan berlalu.
Aku masih dalam posisi berusaha untuk menumpahkan segala cinta padamu.
Berusaha sekuat mungkin menekan ego ketika yang aku harapkan tidak ada dalam dirimu.
Berusaha mencoba belajar dewasa di saat mendapati kamu yang lebih manja dibanding aku.

Aku menganggap semua yang aku lalui kala itu adalah bumbu.
Bumbu cinta yang akan menyedapkan hubungan kita.
Kau tahu, hal apa yang paling membuat hatiku dag-dig-dug di awal hari-hari bersamamu?
Adalah saat di mana kamu menjadi imam shalat-ku.
Kemudian selepas salam, kamu mengulurkan tangan untuk mendapatkan kecupan dariku.

Ya! Sungguh moment itu sangat membuat hatiku berdesir hebat dan membuat aku gagal fokus.
Aku juga sangat suka ketika setiap pagi rutinitas baru yang kudapati adalah menerima kecupan hangat di kening darimu.
Rasanya, bila satu hari saja tanpa rutinitas itu aku selalu merana dan menganggap mungkin ada kesalahan yang aku perbuat sehingga kamu tidak meninggalkan lagi jejak hangat di keningku.
Awal-awal menjalani hari bersamamu sungguh merubah aku yang memang sensitif menjadi lebih sensitif

Bila di satu hari aku melihatmu menyeduh teh hangat sendiri tanpa meminta bantuan dariku, rasanya aku seperti tak dianggap istri.
Bila di suatu pagi aku sedang menyapu dan kamu melintas begitu saja tanpa menoleh bahkan menyapaku, aku merasa seperti pembantu.
Dan ketika aku terpeleset kemudian kamu malah tertawa juga ketika tanganku teriris kemudian kamu hanya diam saja, aku mulai merasa mungkin kamu sudah tak lagi cinta.
Selalu saja se-sensitif itu tiap kejadiannya.

Hal sepele dianggap besar dan bodohnya akulah yang membesarkan semua itu, sedang kamu selalu cuek dengan hal itu.
Alhasil, hatiku sendiri yang cape, bukan?
Haha! Entah mengapa dengan diriku.
Hei aku! Kenapa? Ada apa?
Jangan terlalu diambil hati. Ayolah!

Penulis merupakan kader IPPNU Kabupaten Bandung Barat.

Baca Juga

Stay Connected

0FansSuka
20PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles