Oleh Tatik Fitriyani
Kutub.id- Perkembangan teknologi di era ini mendorong perubahan yang sangat cepat dalam berbagai aspek kehidupan. Kemajuan dan kecanggihan teknologi ini tak dapat dipungkiri dan mau tidak mau harus dihadapi dan di sikapi oleh umat manusia.
Berbagai perubahan di era ini pun membawa hal yang positif dan memberikan banyak kemudahan kepada manusia, yang paling dirasakan yaitu segi informasi dan komunikasi. Kini kita dapat bertemu tanpa harus menempuh jarak yang berliku, bisa mendapatkan informasi tanpa harus menunggu kabar, dan berita dari televisi. Semua kini dapat diakses dengan mudah dan cepat melalui gadget. Belum lagi, fitur-fitur yang semakin lengkap yang dapat membuat kita terkenal tanpa harus jadi artis melalui Instagram, atau Tik-tok misalnya. Semuanya kini lengkap, dan sudah ada di genggaman tangan.
Kecanggihan dan kemudahan yang disuguhkan oleh teknologi ini tidak berbanding lurus dengan nilai-nilai positif yang tumbuh subur di masyarakat, terutama kalangan remaja. Fenomena yang terjadi saat ini, remaja lebih senang berjalan menunduk dengan gadget daripada melihat kenyataan-kenyataan unik juga beragam yang ada di hadapannya secara langsung. Remaja kini lebih sering dan senang mengangkat tangan untuk bersua foto menampakkan segala obsesi daripada mengangkat tangan untuk membantu sesama di kehidupan nyata. Kini, kita bahkan disibukkan dengan meng-update foto dan merangkai caption untuk distatuskan di sosial media daripada meng-upgrade pemikiran yang semakin hari semakin gersang sisi kemanusiaannya. Begitulah fakta yang banyak terjadi saat ini, kepekaan sosial atau social awareness semakin terkikis zaman.
Kita sering mendengar, bahkan mengetahui bahwa manusia adalah makhluk sosial. Ini mengindikasikan bahwa manusia membutuhkan orang lain serta tidak dapat hidup sendiri. Sehingga, kepekaan sosial amat penting untuk terus diasah sebagai suatu unsur yang mutlak ada dalam diri manusia. Dengan kepekaan sosial, seseorang dapat tanggap terhadap dilingkungannya. Salah satu media yang dapat dimanfaatkan untuk mengasah kepekaan sosial adalah seni. Menurut beberapa tokoh, seni merupakan media yang mampu meningkatkan nilai rasa, jiwa, bahkan menajamkan nurani. Selain itu, seni pun dapat diarahkan untuk menggugah kesadaran ketuhanan dan kemanusiaan termasuk kepekaan sosial di dalamnya.
Warga nahdliyin memiliki tradisi Marhabanan, yang biasanya dilaksanakan rutin pada malam Jum’at, atau dalam acara-acara tertentu, seperti maulid nabi, syukuran, khitanan, aqiqah, dan lain sebagainya. Marhaban merupakan syair puji-pujian yang ditujukan kepada Nabi Muhammad dan bersumber dari al-Barjanzi. Syair-syair pujian tersebut menceritakan bagaimana perjalanan Nabi sejak kecil, dan berbagai peristiwa lain yang dapat diambil teladannya oleh umat Islam. Marhaban termasuk pada seni religi yang dalam pelaksaannya dilantunkan oleh salah seorang serta diikuti dan disahuti oleh jama’ah lainnya secara bersamaan.
Biasanya, kita akan hanyut dalam syair dan pujian yang dilantunkan. Banyak pula orang-orang yang sampai memejamkan mata, bahkan menangis ketika membaca syair-syair dalam Marhaban ini. Di sini terlihat, bagaimana seni religi Marhaban dapat meningkatkan rasa, jiwa sampai mengasah menggugah kesadaran, baik kesadaran ketuhanan maupun kemanusiaan.
Selain itu, berkumpulnya warga dalam melaksanakan kegiatan Marhaban dapat melawan maraknya sifat individualisme yang berkembang di masyarakat pada era digital. Tradisi berkumpul, saling menyumbang , dan bergotong royong. Inilah yang harus terus ditumbuhkan dan dibiasakan untuk mengasah serta menumbuhkan kepekaan sosial dalam diri. Masyarakat dapat saling menyumbang makanan ringan yang disiapkan untuk cemilan sambil bercengkrama setelah Marhaban selesai.
Banyak sekali hal positif yang didapatkan dengan adanya pelaksaan Marhaban. Terutama, dalam menumbuhkan kebersamaan. Tidak hanya orang tua, tetapi para remaja bahkan anak-anak hendaknya dibiasakan untuk diikutsertakan dalam Marhaban agar kepekaan sosial terus diasah dan ditumbuhkan sejak dini di tengah perubahan zaman yang terus mengikis kesadaran kemanusiaan kita semua.
Penulis adalah Wakil Ketua I PW IPPNU Jawa Barat.