Kutub.id– Asma’ binti Abu Bakar merupakan salah satu dari jajaran para muslimah yang pertama mendapatkan kemuliaan, karena ia paling dahulu masuk Islam dan membelanya. Dia juga termasuk dalam jajaran para mujahidah terbaik, dia telah berjihad dengan ayahnya beserta seluruh hartanya, bahkan dia berjihad dengan jiwanya sendiri. Asma binti Abu Bakar adalah putri Abu Bakar ash-Shiddiq. Ia termasuk As-Sabiqun Al-Awwalun. Orang yang masuk generasi Islam pertama. Para sejarawan terkemuka seperti Ibnu Hajar dan Ibnu Ishak menyebutnya orang kedelapan belas yang kali pertama masuk Islam.
Tak berbeda dari ayahnya, Asma binti Abu Bakar juga memiliki peran yang sangat besar dalam membantu sang ayah ketika mengemban dakwah Islami dan membela Nabi Muhammad SAW. Maka dari itu, Nabi Muhammad SAW memiliki kepercayaan yang besar kepada Abu Bakar ash-Shiddiq dan kedua putrinya, Asma dan Aisyah.
Sementara itu, Asma diketahui diberikan predikat Dzatun Nithaqain yang artinya perempuan yang memiliki dua selendang. Selendang pertama diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dan selendang kedua diberikan kepada ayahnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq, saat mereka hijrah ke Madinah. Sungguh Asma adalah mujahidah terbaik dalam hijrah kenabian.
Diriwayatkan dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dan Fatimah binti Al Mundzir dari Asma, ia berkata, “Aku menyiapkan bekal perjalanan Rasulullah SAW di rumah ayahku, Abu Bakar. Ketika beliau hendak melakukan hijrah ke Madinah. Lalu aku tidak mendapatkan sesuatu pun yang dapat digunakan untuk mengikat bekal makanan dan minuman beliau. Maka aku pun berkata kepada Abu Bakar bahwa aku tidak mendapatkan sesuatu untuk mengikat perbekalan tersebut kecuali ikat pinggangmu itu menjadi dua bagian, lalu ikatlah bekal makanan dan minuman itu dengan keduanya.”
Perawi mengatakan, “Oleh karena itulah kemudian Asma dipanggil dengan julukan pemilik dua ikat pinggang”. Demikianlah sayyidah Asma merupakan tentara Rasulullah SAW yang pertama dan selalu siap untuk memberikan pertolongan apapun yang dapat ia lakukan demi membela Allah dan Rasul Nya. Dia mempersiapkan makanan untuk Rasulullah dalam perjalanan yang diberkahi itu, yaitu perjalanan hijrah dari negeri kafir ke negeri Islam.
Umar Ridha Kahalah dalam buku A’lam an-Nisa menjelaskan, Asma merupakan perempuan yang ikut hijrah, akalnya cerdas, memiliki kepribadian luhur (terhormat), dan kemauannya kuat. Ia juga terkenal sebagai seorang penyair. Kalau berbicara tegas, lugas dan jelas.
Dalam suatu kisah, Asma pernah mengunjungi Nabi Muhammad SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah, di rumahku tidak terdapat apapun, kecuali sesuatu yang diberikan oleh Zubair. Bolehkah aku memberikan (menyedekahkan) sesuatu yang sedikit itu kepada orang yang mengunjungi rumahku?” Nabi SAW menjawab, “Berikanlah (bersedekahlah) sesuai kemampuanmu dan jangan menahannya agar tidak ditahan pula suatu pemberian terhadapmu.”
Perihal kedermawanan Asma, Abdullah bin Zubair (putranya) pernah berkata, “Tidaklah kulihat dua orang wanita yang lebih dermawan daripada Aisyah dan Asma’. Kedermawanan mereka berbeda. Adapun Aisyah, sesungguhnya dia suka mengumpulkan sesuatu, hingga setelah terkumpul semua, dia pun membagikannya. Sedangkan Asma’, dia tidak menyimpan sesuatu untuk besoknya.”
Asma’ turut serta dalam Perang Yarmuk bersama suaminya, Zubair bin Awwam, dan menunjukkan keberaniannya. Dia membawa sebilah belati dalam pasukan Said bin Ash di masa fitnah, lalu meletakkannya di balik lengan bajunya.
Asma’ meriwayatkan sekitar 58 hadits dari Rasulullah SAW, riwayat lain mengatakan 56 hadits. Bukhari dan Muslim sepakat terhadap 14 hadits. Sedangkan 4 hadits lainnya diriwayatkan oleh Bukhari sendirian, sedangkan Muslim juga meriwayatkan sejumlah yang diriwayatkan Bukhari. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa hadits-hadist Asma yang sudah ditakhrij mencapai 22 hadits. Di antara yang telah disepakati Bukhari dan Muslim sebanyak 13 hadits. Selain itu, Bukhari meriwayatkan 5 hadits dan Muslim meriwayatkan 4 hadits.
Kemudian Allah menakdirkannya berusia 100 tahun. Ia tidak pikun, giginya tidak satupun yang tanggal, pikirannya pun tetap kuat dan prima. Begitu pun keimanannya masih tetap teguh dalam ketakwaan. Sungguh Asma adalah teladan bagi para perempuan masa kini, memiliki hati yang lapang, keimanan yang kuat dan sifat dermawannya.
Penulis: Zakia Norma Yunita/Magang
Editor : Siti Fatonah