Kutub.id – Jaringan Antar Umat Beragama (Jakatarub) melalui program Youth Interfaith Camp (YIC) adalah sebuah wadah kebersamaan untuk memperkuat jejaring antar aktivis muda perdamaian di wilayah Jawa bagian Barat yang bertujuan untuk memotret dan belajar mengenai sikap toleransi.
Kegiatan ini salah satunya dilaksanakan di Desa Jayamulya, Blok Rehoboth, Kabupaten Indramayu. Masyarakat Blok Rehoboth di sana dalam waktu yang cukup panjang mengalami proses toleransi dan hidup berdampingan antara jemaat Gereja Kristen Pasundan (GKP) Tamiyang dan Jamaah Masjid Nadhlatul Ulama.
Kerukunan umat beragama di Rehoboth menjadi bukti keharmonisan umat beragama di sana. Ada pemandangan menarik di Blok Rehoboth. Selain panorama alam, desa yang dikelilingi bentangan sawah ini berdiri sebuah masjid dan gereja secara berdampingan. Bangunan rumah ibadah dua agama itu hanya berjarak kurang dari 50 meter.
Meski berdekatan, aktivitas kedua rumah ibadah tidak ada masalah, seperti rumah ibadah yang lain. Kerukunan umat beragama di dusunnya sudah terjalin sejak lama. Pemeluk kedua agama itupun hidup rukun dan saling menghormati satu sama lain. Bahkan di tiap acara keagamaan, warga dua pemeluk agama saling mengucapkan selamat. Kalau waktu hari raya umat Kristen mengucapkan selamat ke umat Islam dan begitu sebaliknya.
Setiap hari Jumat gereja tidak melaksanakan kegiatan apapun karena pada hari Jumat di Masjid ada kegiatan shalat Jumat dan pengajian. Begitu sebaliknya, masjid pun pada hari Minggu meniadakan kegiatan agar tidak mengganggu kegiatan ibadah di gereja.
Pernah suatu ketika perayaan Hari Raya berbarengan dengan Ibadah Minggu. Akhirnya, mereka melakukan penyesuaian waktu agar tidak bertabrakan dengan umat Islam.
Suasana kehidupan beragama yang harmonis di lingkungan masyarakat heterogen dengan berbagai latar belakang agama terbangun karena toleransi yang tinggi dan saling menghargai perbedaan.
Berbagai kegiatan sosial budaya berciri gotong royong memperlihatkan karakter masyarakat Indonesia yang saling menghormati antar berbagai golongan, suku bangsa, hingga agama.
Keberagaman masyarakat Rehoboth tidak membuat masyarakatnya mudah tercerai berai. Hal ini tampak pada agama di sini yang berbeda-beda. Persatuan berarti perkumpulan dari berbagai komponen yang membentuk menjadi satu. Sedangkan kesatuan merupakan hasil perkumpulan yang telah menjadi satu dan utuh.
Maka dari itu, kesatuan erat hubungannya dengan keutuhan. Kesatuan masyarakat Rehoboth ini berarti keadaan yang merupakan satu keutuhan sebagai bangsa Indonesia. Sementara kesatuan bertanah air, merupakan satu keutuhan di dalam wilayah yang dihuni secara turun temurun oleh bangsa Indonesia.
Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia telah tumbuh dan terbentuk dalam nilai-nilai budaya masyarakat Rehoboth. Jauh sebelum kemerdekaan, persatuan bagi masyarakat Rehoboth memiliki makna yang sangat mendalam sepanjang sejarah perjuangan bangsa.
Hal ini disebabkan, karena berkat persatuan dan kesatuan dari segenap elemen masyarakat inilah kita dapat mengusir penjajah, mendirikan negara atas kehendak bangsa sendiri, berjuang mempertahankan kemerdekaan, serta mengisi kemerdekaan dengan upaya-upaya pembangunan nasional.
Ini adalah potret Indonesia yang harus selalu kita jaga sebagai aktivis muda perdamaian dan warga negara karena Indonesia adalah hypermarket keberagaman yang rawan terjadinya konflik. Memang, konflik bagian dari sunnatullah, tetapi yang harus dijauhkan adalah jangan sampai agama justru menjadi penyebab terjadinya konflik. Agama harus menjadi social cement (perekat sosial) bahkan integrating force, bukan sebaliknya sebagai sumber pencipta konflik (conflict maker).
Sebagai juru damai, ia harus memenuhi dua syarat: Pertama, ia harus mampu mendamaikan dirinya sendiri. Kedua, ia harus membenci pada sikap permusuhan. Kondisi damai akan melahirkan kerja-kerja cerdas berbasis kebudayaan yang bisa dimanfaatkan dalam waktu yang sangat lama. Sebaliknya, konflik akan menjadi coretan sejarah buruk, yang tidak layak ditiru oleh generasi masa depan.
(Kefi Maulana dan M Rizki, Gusdurian Bekasi)