Rabu, November 29, 2023

Curigailah Ambisi dan Hasratmu

Oleh Ilham Abdul Jabar 

Bagi seorang hamba menata hati itu sangat penting. jarang kita sadari bahwa, dengan melakukan sesuatu yang wajib atau dianjurkan oleh Syara’ belum bisa menjamin keselamatan hati dan pikiran. Dan sejarah pun mencatat 14 abad ke belakang ada satu firqah Islam yang mengutamakan amal dzahir dibanding amal batin yaitu khawarij, mereka ahli dalam beribadah dzahir namun batinnya tetap saja belum tertata, sehingga menganggap kafir kepada para Sahabat Rasul yang terlibat Perang Jamal dan Perang Sifin. Bahkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramalahu wajhah pun tewas di tangan orang yang berpaham itu.

Melakukan sesuatu yang dilarang Syara’ sudah tentu tidak akan menjadi pahala, bahkan menjadi dosa. Namun mengerjakan sesuatu yang diperintah atau yang dianjurkan ataupun yang dibolehkan oleh Syara’ belum tentu menjadi pahala, bisa saja menjadi dosa. Ketaatan tidak bisa menjamin buahnya baik jika hatinya tidak ditata terlebih dahulu.

Maka Syekh Abdullah Bin Husain dalam kitabnya Sulamut taufiq, membuat satu bab yang membahas kewajiban hati, salah satu kewajiban hati yang beliau gubah adalah “mencurigai nafsu dan tidak mengikutinya”.

Nafsu ini saya klasifikasikan menjadi dua agar tidak payah dalam memahaminya. pertama Nafsu Ghadabiyah kedua Nafsu Syahwatiyah.

Nafsu Ghadabiyah adalah nafsu yang mendorong seseorang agar berambisi. misalnya “saya harus menjadi dewan Kiai”, “saya harus ahli ilmu Nahwu dan Shorof”. Itu semua jika dilakukan dengan disertai nafsu ghadabiyah akan berdampak buruk, dan akan menjadi sebuah teka-teki, bagaimana mungkin perbuatan yang baik tidak berdampak baik ? sementara fadilah-fadilahnya banyak disampaikan dalam kitab-kitab karya ulama.

Selanjutnya Nafsu Syahwatiyah. Nafsu Syahwatiyah adalah nafsu yang mendorong seseorang agar berhasrat, misalkan. “saya harus bisa istiqamah shalat tahajud”, “saya harus bisa istiqamah puasa Sunnah”, “Saya harus nikah sama si embah itu”, bisa saja mempunyai keinginan untuk selalu taat kepada Allah SWT, karena dilakukan dengan Nafsu Syahwatiyah maka buah dari ketaatan itu tidak memancar menjadi hati yang lembut, hati yang toleran dan hati yang penuh kasih sayang.

Ke semua itu tidak akan terjadi jika seorang hamba mencurigai ambisi dan hasratnya. Artinya selalu waspada terhadap niat, cara dan tujuan. Karena jika hasrat itu diawali dengan niat baik, dilakukan dengan cara baik serta tujuannya yang baik, tentu akan berdampak baik pula. dan Nafsu Ghadabiyah pun akan menjadi Nafsu Himmah, Nafsu Syahwatiyah pun akan menjadi Nafsu adzimah.

Karena itulah dari sekian banyak kewajiban hati, Syekh Abdullah bin Husain dalam kitabnya itu menyertakan bahwa, bagian dari kewajiban hati adalah mencurigai nafsu dan tidak mengikutinya, Karena Setan menggoda seorang hamba mingkulli ajaanibi dari berbagai arah.

Sudahkah anda mencurigai hasrat dan ambisimu hari ini ?

Penulis Adalah Dewan Guru di Pondok Pesantren Al-Hikmah Mugarsari

Artikel di atas pernah dimuat di Kompasiana.com

Baca Juga

Stay Connected

0FansSuka
20PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles