Minggu, Desember 3, 2023

Dating Violence: Kekerasan Dalam Berpacaran

Kutub.id – mungkin banyak dari kita yang sering mendengan berita-berita mengenai Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT. Selain KDRT, ternyata ada lagi nih kekerasan berkedok cinta yang kasusnya lebih banyak tapi banyak dari kita yang gak ngeh. Yups! Dating Violence.

Kalau KDRT adalah kekerasan dalam hubungan pernikahan yang sudah terikat, kalau dating violence ini kekerasan dalam pacaran. Bentuk kekerasannya bisa macam-macam seperti tindakan kekerasan fisik, seksual, atau emosional yang dilakukan dalam hubungan.

Hal ini terjadi pada pasangan yang sedang berpacaran, baik dalam hubungan heteroseksual atau hubungan sesama jenis. Dating violence dapat terjadi pada remaja atau orang dewasa muda, dan melibatkan berbagai bentuk perilaku yang tidak sehat dan merugikan.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) melakukan survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) pada 2016 silam. Hasil dari survei tersebut menunjukan tingkat kekerasan baik secara fisik dan seksual yang dialami perempuan belum menikah yaitu sebesar 42,7 persen. Selain itu, dari Catatan Tahunan Komnas Perempuan tahun 2020 terdapat 1.309 kasus kekerasan pada perempuan dalam pacaran.

Melihat data kasus yang tinggi, sebagai perempuan kita harus tahu seperti apa bentuk dating violence ini. Mungkin banyak dari kita yang bertanya-tanya memang bentuknya seperti apa? Pasalnya kadang semua kesalahan pasangan bisa tertutup karena rasa cinta yang besar sehingga ketika disakiti ya tidak merasa sedang mengalami dating violence. Ada 5 bentuk kekerasan dalam pacaran yang harus kita ketahui. Check this out ya!

Yang pertama ada kekerasan fisik. Kekerasan secara fisik ini seperti pukulan, tendangan, cedera fisik, atau penggunaan kekerasan fisik lainnya terhadap pasangan.

Kedua adalah kekerasan seksual. Ini mencakup paksaan atau pemaksaan pasangan untuk melakukan aktivitas seksual yang tidak diinginkan atau tidak setuju. Ini juga termasuk pelecehan seksual, seperti komentar yang tidak pantas atau tidak diinginkan tentang tubuh atau perilaku seksual yang tidak diinginkan.

Ketiga yakni kekerasan emosional. Kekerasan emosional Ini melibatkan penghinaan, ancaman, pengendalian, intimidasi, atau manipulasi secara emosional terhadap pasangan. Hal ini juga dapat mencakup pengucilan sosial, isolasi, dan aturan-aturan lain yang membatasi kita.

Selanjutnya ada kekerasan verbal. Kekerasan verbal ini mencakup penggunaan kata-kata kasar, ancaman, ejekan, atau pelecehan verbal lainnya terhadap pasangan. Hal ini dapat merendahkan harga diri dan meningkatkan ketidakamanan emosional.

Yang terakhir ada kekerasan digital. Dunia yang semakin maju membuat kekerasan model ini hadir menghantui kita semua. Dampaknya bisa lebih luas. Bentuk kekerasannya melibatkan penggunaan teknologi, seperti pesan teks atau media sosial, untuk melecehkan, mengintimidasi, atau mengancam pasangan seperti penyebaran secara tidak bertanggung jawab seperti video, audio ataupun teks yang tidak senonoh.

Dating violence memiliki dampak serius pada kesejahteraan fisik dan mental korban. Korban mungkin mengalami cedera fisik, depresi, kecemasan, masalah kesehatan mental, penurunan prestasi akademik, isolasi sosial, dan bahkan risiko tinggi bunuh diri.

Penting untuk menyadari tanda-tanda kekerasan dalam pacaran. Beberapa tanda peringatan seperti perubahan perilaku yang tiba-tiba, isolasi dari teman dan keluarga, cedera fisik yang tidak dapat dijelaskan, kontrol yang berlebihan dari pasangan, atau perasaan takut atau cemas.

Jika kamu atau temanmu mengalami dating violence, penting untuk mencari bantuan dan dukungan. Kamu bisa menghubungi lembaga perlindungan korban kekerasan atau lembaga bantuan krisis setempat, seperti pusat krisis kekerasan dalam rumah tangga atau layanan bantuan remaja, untuk mendapatkan dukungan, dan sumber daya yang tepat!

Penulis: Bestari Saniya

Baca Juga

Stay Connected

0FansSuka
20PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles