Kutub.id – Hallo Kutubers! Kamu pernah ga sih berada di situasi dimana perasaan dan pikiranmu sedang kacau, entah karena masalah pekerjaan atau percintaan, namun kamu menuntut dirimu sendiri untuk tetap terlihat tegar, tenang dan baik-baik saja? Jika pernah, mungkin kamu sedang terkena duck syndrome.
Duck syndrome atau sindrom bebek ini adalah sebuah metafora yang menggambarkan keadan dimana seseorang tetap terlihat tenang dan terkendali di permukaan padahal sebenarnya ia sedang mengalami berbagai tekanan.
Kalau kamu lihat bebek yang sedang berenang di atas air, pasti yang kamu lihat bebek tersebut mengambang dengan tenang kan? Padahal di bawah air ia sedang berusaha untuk menjaga keseimbangan agar tetap stabil mengambang.
Seperti yang sudah di singgung sebelumnya, duck syndrome ini biasa di gunakan untuk menggambarkan tekanan yang dirasakan oleh seseorang yang merasa tertekan untuk selalu berusaha menunjukkan kesuksesan dan kebahagiaan mereka kepada dunia, meskipun pada kenyataannya mungkin merasa stres dan cemas.
Contohnya, mahasiswa mungkin akan merasa terpaksa menunjukkan bahwa mereka senang dan produktif sepanjang waktu, padahal sebenarnya mereka stres dan mengalami kesulitan dengan tuntutan akademik dan sosial.
Ini bisa menyebabkan mereka merasa sendirian dan terisolasi dalam pengalaman mereka, karena mereka merasa bahwa mereka adalah satu-satunya orang yang tidak dapat mengatasi tekanan tersebut.
Rata-rata keadaan seperti ini anyak di alami oleh orang dewasa. Jika tidak mempunyai coping yang baik, duck syndrome bisa mempengaruhi kesejahteraan mental dan fisik seseorang, dan dapat menyebabkan depresi, kecemasan, dan bahkan gangguan makan.
Penting bagi seseorang yang mengalami duck syndrome untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental jika mereka merasa kesulitan untuk mengatasi tekanan yang mereka rasakan.
Penulis: Bestari Saniya