Sabtu, September 23, 2023

Gimana Mentalnya Aman?

Kutub.idDarurat Kesehatan Mental Generasi Z, Psikolog dari Tibis Sinergi, Tika Bisono mengungkapkan Hari Kesehatan Mental Sedunia yang diperingati setiap tanggal 10 Oktober 2021, mesti menjadi momentum bagi setiap orang untuk meningkatkan kesadarannya dalam menjaga kesehatan mental.

Ada istilah yang datang dari Barat sana. Bunyinya, “Live while we’re young!” atau dapat diartikan “Nikmatilah hidup selagi kamu muda!” dalam Bahasa Indonesia.

Merujuk pada istilah itu, berarti anak-anak muda diasumsikan sebagai kelompok manusia yang bisa banyak bersantai dan bersenang-senang  ketimbang para orang dewasa. Mungkin, bisa juga berangkat dari stigma kalau semakin tua, masalah manusia semakin banyak. Maka itu, ketika masih muda, atau dengan kata lain ketika masalah hidup masih sedikit, hidup harus dinikmati sebanyak-banyaknya.

Dikutip Muda.kompas.id Entah istilah yang salah atau zaman sudah berubah, rupanya kondisi psikologis dan kesehatan mental anak-anak muda tidak sebaik anggapan banyak orang. Menurut penelitian American Psychological Association (APA) tahun 2018 berjudul “Stress in America: Generation Z”, anak muda usia 15 sampai 21 tahun adalah kelompok manusia dengan kondisi kesehatan mental terburuk dibandingkan dengan generasi-generasi lainnya.

Mereka adalah generasi Z, atau yang diartikan Taylor & Keeter (2010) sebagai orang-orang yang lahir pada tahun 1993 sampai tahun 2005. Adapun dari lima kelompok generasi lainnya yaitu silent generation, baby boomers, generation X, dan millennials, generasi Z merupakan golongan termuda.

Menurut penelitian APA tersebut, diperoleh hasil bahwa sebanyak 91 persen generasi Z mempunyai gejala-gejala emosional maupun fisik yang berkaitan dengan stres, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Stres adalah faktor terbesar penyebab buruknya kesehatan mental generasi Z.

Stres yang dialami banyak orang dalam generasi Z disebabkan oleh beberapa hal. Peningkatan angka bunuh diri, peningkatan laporan terhadap kasus kekerasan dan pelecehan seksual, hingga pemanasan global dan perubahan iklim adalah beberapa faktor pemicu stres generasi Z. Isu-isu tersebut bisa menjadi persoalan tersendiri bagi individu-individu dalam generasi Z akibat tingginya aksesibilitas informasi bagi generasi Z.

Mengalami kesulitan keuangan keluarga membuat generasi Z menyadari bahwa uang adalah hal yang sangat penting dan menjadikan mereka menyadari pentingnya menabung (TDAmeritrade, 2012).

Generasi Z  mempunyai kecenderungan memandang dunia sebagai tempat yang tidak aman. Hal itu disebabkan oleh  beberapa kalangan di generasi Z lahir di masa-masa peperangan. Salah satu contohnya adalah serangan teroris pada 11 September 2001. Mereka yang sudah lahir harus menyaksikan orang-orang, termasuk orang tua mereka, terbunuh maupun terluka akibat peperangan.

Hal itu mempengaruhi pandangan mereka mengenai dunia. Selain menilai dunia sebagai tempat yang tidak aman, secara bersamaan generasi Z mempunyai kesadaran global yang tinggi, seperti pendidikan, toleransi, dan ketenagakerjaan.

Kondisi kesehatan mental generasi Z sangat perlu untuk menjadi perhatian banyak pihak. Selain kajian-kajian ilmiah mengenai penyebab kondisi psikologis ini, berbagai pihak juga perlu terus mengembangkan sosialisasi mengenai pentingnya kesadaran kesehatan mental.

Generasi Z yang dekat dengan teknologi hingga mempunyai akses informasi yang luas perlu bersikap pro-aktif dalam memahami kondisi kesehatan mentalnya sendiri. Selain memperbanyak bacaan, generasi Z juga perlu memanfaatkan akses informasi untuk mencari bantuan klinis bila memang dibutuhkan.

Mengikuti komunitas pendukung dan menemukan teman berbagi masalah-masalah yang tengah dihadapi juga langkah yang amat penting. Generasi muda yang kelak akan membangun bangsa ini perlu untuk menjaga dirinya sendiri, baik secara fisik maupun psikis.

(Rosmayanti)

Baca Juga

Stay Connected

0FansSuka
20PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles