Kamis, Oktober 5, 2023

Hafshah binti Umar bin Khattab, Perempuan Bergelar Sang Penjaga Al-Qur’an

Kutub.id- Dalam literatur sejarah Islam, kiprah perempuan tidak banyak ditulis pada buku-buku sejarah. Akan tetapi, jika kita telaah lebih dalam, ada banyak sekali kontribusi yang diberikan oleh kaum perempuan di masa awal penyebaran Islam dalam berbagai bidang. Salah satunya sosok Sayyidah Hafshah binti Umar bin Khattab, sosok perempuan yang memiliki kontribusi besar dalam pengumpulan Al-Qur’an serta menjaganya sampai akhir hayatnya.

Sayyidah Hafshah merupakan putri Umar bin Khattab yang lahir lima tahun sebelum Nabi Muhammad SAW diutus sebagai Rasul. Hafshah kemudian dinikahkan kepada Khunais bin Hadzafah, namun meninggal saat mengikuti perang Badar bersama Rasulullah SAW.

Sebagai putri seorang sahabat Nabi yang dikenal pemberani, Hafshah pun dibesarkan dengan mewarisi sifat-sifat ayahnya. Beliau tumbuh menjadi sosok perempuan yang pemberani, berkepribadian kuat, cerdas juga tegas saat berbicara. Hafshah pun memiliki kepandaian membaca dan menulis. Sebuah kemampuan yang tidak banyak dimiliki banyak orang pada saat itu, baik laki-laki maupun perempuan.

Ketika Hafshah ditinggal meninggal oleh suaminya, Umar bin Khattab sempat merasa sedih dan galau karena putrinya menjadi janda pada usia yang masih muda. Kemudian Umar bin Khattab ingin menikahkan anaknya tersebut dengan Utsman bin Affan atau Abu Bakar as-Shidiq. Namun mereka berdua menolak karena kemudian tahu bahwa kelak Hafshah akan dinikahi oleh Rasulullah SAW.

Sebagai istri Rasulullah SAW yang pandai membaca dan menulis, beliau banyak merekam jejak-jejak Al-Qur’an langsung dari Rasulullah SAW. Beliau pun menyalin dengan rapih, kemudian menuliskannya di pelepah kurma dan berbagai media yang ada pada waktu itu. Selain itu, beliau pun mempertanyakan makna dan maksudnya secara langsung kepada Rasulullah SAW dan mengoreksi lembar demi lembar nya. Dalam hal ini Hafshah dibimbing langsung oleh Rasulullah SAW.

Kontribusi seorang Sayyidah Hafshah bagi sejarah Islam yaitu terkumpulnya Al-Qur’an ditangannya setelah mengalami penghapusan. Beliau adalah perempuan pertama yang menyimpan Al-Qur’an dalam bentuk tulisan pada kulit, tulang dan pelepah kurma hingga kemudian menjadi sebuah mushaf.  Sebagaimana kita ketahui dalam sejarah peradaban Islam bahwa pada masa Rasulullah SAW, Al-Quran terjaga di dalam dada dan dihafal oleh para sahabat. Namun, pada saat Abu Bakar as-Shiddiq menjadi khalifah, banyak para penghafal Al-Quran yang gugur dalam perang. Situasi itu mendorong Umar bin Khattab untuk mendesak Abu Bakar supaya mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang terpisah-pisah.

Bahkan awalnya Abu Bakar merasa khawatir kalau mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu kitab itu merupakan sesuatu yang mengada-ada karena pada zaman Rasul hal itu tidak pernah dilakukan. Namun karena desakan itu, Sayyidah Hafshah diberi tugas untuk mengumpulkan Al-Quran dalam lembaran-lembaran dan kemudian disatukan dalam satu mushaf dan disimpan di rumah Hafshah hingga beliau meninggal dan dijuluki sebagai perempuan penjaga Al-Qur’an.

Selain mengumpulkan Al-Qur’an, Sayyidah Hafshah juga banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah SAW, setidaknya ada sekitar 60 hadits, tiga diantaranya berstatus muttafaq alaih. Berkat kemampuan Sayyidah Hafshah yang cerdas dalam hafalan dan kemampuan menulisnya yang baik, Al-Quran bisa di mushafkan. Beliau Pun menjadi bukti peran kaum perempuan pada masa awal-awal Islam. Semoga semangat yang dimiliki oleh Sayyidah Hafshah menjadi motivasi untuk perempuan masa kini, untuk bisa berkontribusi dalam segala bidang sesuai kemampuan yang dikuasainya.

Teks/Gambar : Zakiyah
Editor : Siti Fatonah

Baca Juga

Stay Connected

0FansSuka
20PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles