Oleh Ustadz Yajid Kalam
Di antara yang pertama dilakukan baginda Nabi Muhammad SAW saat hijrah di Madinah adalah :
1. Mempersaudarakan
Nabi Muhammad SAW mempersaudarakan penduduk Madinah – kalangan Anshar – dipersaudarakan dengan pendatang dari Makkah – kalangan muhajirin ketika berhijrah.
Jika ada teriakan hijrah tapi malah menebar kebencian, permusuhan, pertengkaran dan perpecahan, maka teriakan hijrah ini tidaklah sesuai dengan jalan baginda Nabi SAW saat hijrah ke Madinah.
Semangat hijrah adalah semangat mempersatukan dan mempersaudarakan pendatang maupun pribumi bersaudara.
2. Membangun masjid
Semangat hijrah adalah semangat spiritualitas-semangat ruhani menghamba kepada Allah, Tuhan semesta alam. Di hadapan Allah, semua adalah hamba-Nya. Di masjid, semua dipersatukan sebagai hamba Allah. Tidak dibedakan status sosial, ras, etnis, kekayaan, juga jabatan. Yang agung adalah Allah bukan siapa pun, bukan diri kita.
Apabila ada teriakan hijrah, tapi kehilangan spiritualitas, maka telah keluar dari nilai hijrah. Bila ada teriakan hijrah, tapi tidak akomodatif terhadap manusia yang berbeda sebagai sesama hamba Allah, maka teriakan hijrah itu telah menyimpang dari nilai hijrah itu sendiri. Apalagi bila teriakan hijrah itu disertai kesombongan, rasa paling benar (asa aing), maka teriakan hijrah itu telah keluar dari nilai spiritualitas.
Di masjid, imam dipilih dengan mempertimbangkan siapa yang paling paham, siapa yang paling berilmu, kemudian siapa yang lebih sepuh, dan lain-lain. Ketika ada teriakan hijrah, tapi malah mengikuti yang baru ngaji, meninggalkan para kiai yang jelas lebih mumpuni, malah mengikuti yang baca al-Quran saja masih salah menjauhi dan meninggalkan yang fasih, dapat dikatakan bahwa teriakan hijrah itu telah keluar dari nilai-nilai ke-masjid-an, nilai-nilai spiritualitas. Bukankah imam itu dipilih siapa yang paling paham? siapa yang paling fasih?
Semangat masjid adalah mengikuti yang paling berilmu, yang paling paham, yang ahli di bidangnya. Jika demikian, dirinya telah keluar dari semangat masjid kalau yang diikuti bukan orang ahli di bidangnya. Kalau fiqh bukan mengikuti ahli fiqh, tafsir bukan mengikuti ahli tafsir, kesehatan bukan mengikuti ahli kesehatan, ekonomi bukan mengikuti ahli ekonomi, bernegara bukan mengikuti ahli tata negara, jelas telah menyimpang dari nilai semangat ke-masjid-an.
3. Membangun pasar
Semangat hijrah pun adalah semangat membangun kesejahteraan, semangat pembangunan ekonomi, semangat usaha, bukan semangat meminta-minta.
Maka bila ada teriakan hijrah, tapi disertai kemalasan, semangat subsidi, semangat bantuan sosial, semangat “proposal-an”, maka teriakan itu tidak sesuai dengan semangat hijrah itu sendiri.
Wallaahu a’lam.