Rabu, November 29, 2023

Hj Ela, Bu Nyai yang Ingin Mengabdi Untuk Santri

Kutub.id- Usianya masih semuda jagad raya namun juga setua gigi susu perjalanan hidup di bumi sudah setengah abad lebih. Menginjak usia yang sudah memasuki usia kepala enam ada sebuah harapan untuk terus memberikan ilmu yang dimiliki kepada semua orang khususnya santri yang menjadi anak didiknya. Mengajar di pesantren merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakoninya saat ini.

“Khusyuk didieu ngurus murangkalih santri elmu saya pengen dikasihkeun raraosan teh sadaya ka santri pami tiasa mah,” Ujar Bu Hj Ela yang juga merupakan salah seorang penasehat Muslimat NU Kabupaten Kuningan saat ditemui di Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Huda Windusengkahan pada Kamis, (31/04).

Baca Juga: Tiga Pesan KH Hasanuddin Kriyani untuk Pelajar dan Santri

Perempuan yang akrab disapa Wa Istri saat ditemui di ruangan depan pondok pesantren Nurul Huda Windusengkahan tersebut menuturkan bahwa kegiatan sehari-hari diisi mengurusi kegiatan pondok pesantren dari pagi hingga malam.

Wa Istri menjelaskan, semasa dan selama hidup ia ingin terus memberikan ilmu yang dimiliki sehingga memberikan manfaat.

“Ingin mengabadikan diri kepada pesantren, pengen ilmu saya ada yang nandean, ingin bermanfaat sehingga ketika meninggal ingin keberkahan dari anak-anak santri,” ujarnya.

Menurut beberapa santri, sosok Wa Istri tidak pernah marah dan jika marah selalu menggunakan cara halus. Hal itu kemudian yang menjadi rasa penasaran saya dan menanyakan hal tersebut perihal ngambeknya.

Saurna mun ibu ngambek tuh tara langsung ngambek, ngangge bahasa halus atawa sindiran itu kenapa gitu bu?,” Tanya saya yang duduk berseberangan dengan wa istri.

Mendengar pertanyaan ini, beliau tertawa dan menceritakan tingkah laku santri yang kadang membuatnya jengkel namun segan (malu) untuk ngambek.

“Memang padu sundar-sindir wae kalau lagi ngaji teh, emutna kan kalau santri teh lebih mulia daripada kyai” tambahnya.

“Santri itu kan belajar ngaji, ibadah terus dari mulai pagi dari mulai bangun sampai tidur lagi tidak ada yang bukan ibadah kitu, ngaos terus,” ungkapnya.

Pondok pesantren Nurul Huda Windusengkahan memiliki sekitar 200an santri yang hampir setengahnya adalah santriwati. Sepanjang kisah beliau santri santri di sini diajarkan untuk memiliki dasar dasar agama yang mengakar dalam diri. Selain dasar agama keterampilan seperti memasak, ilmu kewanitaan haruslah dimiliki sebagai seorang perempuan.

“Cita cita saya, santri di sini bisa berbakti kepada suami, menguasai ilmu kewanitaan sehingga ketika begitu mukim tidak buta,” harapnya.

Salah satu santri Ponpes tersebut Ihah Sholihah mengungkapkan, Wa Istri merupakan sosok yang bersahaja dan mempunyai semangat untuk terus mengajar. Ia bercerita, pernah satu waktu kegiatan saat Wa Istri mengaji kitab sudah terlihat mengantuk, akan tetapi beliau terus melanjutkan.

Lalu, Ia mengutip salah satu pesan yang selalu diingat hingga saat ini.

Urang teh hirup kudu ngajar jeung diajar, sing sampe irahapun urang tetep kudu ngajar,” pungkas Ihah saat dihubungi melalui WhatsApp oleh kontributor NU Online Jabar.

Pewarta: Sri Melynda
Editor: Muhammad Rizqy Fauzi

Baca Juga

Stay Connected

0FansSuka
20PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles