KUTUB.ID– Siapa yang tidak ingin menjadi orang yang beruntung di setiap urusannya? Orang yang beruntung tentunya adalah orang yang sudah diridhai setiap langkahnya oleh Allah SWT. Memang sering kali kita berhadapan langsung dengan kebingungan yang tak tahu-menahu dari mana asalnya tiba, entah dalam pekerjaan, pendidikan, bahkan bingung dan gundah menjalani kehidupan.
Namun sebenarnya, teman-teman pernah merasakan gak sih bahwa kebingungan adalah buah daripada kita sering kali lupa akan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Jadi bagaimana sih, agar kita tidak kebingungan dan menjadi orang yang beruntung. Tentu tidak semua orang bisa mendapat keberuntungan. Namun, teman-teman bisa mendapatkan keberuntungan tersebut dengan melakukan shalat Dhuha.
Wajar saja Allah menjadikan waktu Dhuha sebagai sarana untuk beribadah kembali sesudah ibadah shubuh kita lewati, karena sebelum beraktivitas hendaknya kita meminta dan berdoa memohon kelancaran akan segala sesuatu. Kendati dianggap ibadah sunnah, namun ternyata dampaknya begitu mashlahah.
Lebih dari itu bukankah shalat Dhuha merupakan amalan yang dianjurkan bahkan dikuatkan Rasulullah SAW? Mengenai pensyari’atan shalat Dhuha tersebut Allah Swt berfirman:
يُسَبِّحْنَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِشْرَاقِ
“Mereka bertasbih di waktu petang dan pagi” (QS. Shaad: 18). Kata Ibnu ‘Abbas, yang dimaksud isyroq di sini adalah shalat Dhuha. (Lihat Kifayatul Akhyar, hal. 84) Mengenai maksud Ibnu ‘Abbas tersebut terlihat dalam hadits-hadits ‘Abdullah bin Al Harits, di mana ia berkata:
أن ابن عباس كان لا يصلي الضحى حتى أدخلناه على أم هانئ فقلت لها : أخبري ابن عباس بما أخبرتينا به ، فقالت أم هانئ : « دخل رسول الله صلى الله عليه وسلم في بيتي فصلى صلاة الضحى ثمان ركعات » فخرج ابن عباس ، وهو يقول : « لقد قرأت ما بين اللوحين فما عرفت صلاة الإشراق إلا الساعة » ( يسبحن بالعشي والإشراق) ، ثم قال ابن عباس : « هذه صلاة الإشراق
Ibnu ‘Abbas pernah tidak shalat Dhuha sampai-sampai kami menanyakan beliau pada Ummi Hani, aku mengatakan pada Ummi Hani, “Kabarilah mengenai Ibnu ‘Abbas.” Kemudian Ummu Hani mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat Dhuha di rumahku sebanyak 8 raka’at.”
Kemudian Ibnu ‘Abbas keluar, lalu ia mengatakan, “Aku telah membaca antara dua sisi mushaf, aku tidaklah mengenal shalat isyroq kecuali sesaat.” (Allah berfirman yang artinya), “Mereka pun bertasbih di petang dan waktu isyroq (waktu pagi)” (QS. Shaad: 18). Ibnu ‘Abbas menyebut shalat ini dengan shalat isyroq. (HR. Al Hakim dalam Mustadroknya 4: 59. Syaikh Bazmoul dalam Bughyatul Mutathowwi’ mengatakan bahwa atsar ini hasan ligoirihi, yaitu dilihat dari jalur lainnya).
Hadits Abu Hurairah juga menunjukkan sunnahnya shalat Dhuha di mana beliau berkata:
أَوْصَانِى خَلِيلِى – صلى الله عليه وسلم – بِثَلاَثٍ صِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَرَكْعَتَىِ الضُّحَى ، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ
“Kekasihku yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan tiga nasehat padaku: (1) berpuasa tiga hari setiap bulannya, (2) melaksanakan shalat Dhuha dua raka’at, dan (3) berwitir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1981 dan Muslim no. 721.)
Berikut adalah keburuntungan bagi orang yang shalat Dhuha
Diampuni Dosanya
Seperti dari apa yang diriwayatkan Sunan At Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah bahwa
من حافظ على شفعة الضحى غفرت له ذنوبه وإن كانت مثل زبد البحر
Artinya, “Siapa yang membiasakan (menjaga) shalat dhuha, dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dianggap Ahli Sedekah
Hal tersebut selaras dengan hadits Imam Muslim sebagai berikut
يصبح على كل سلامي من أحدكم صدقة، وأمر بالمعروف صدقة، ونهي عن المنكر صدقة، ويجزئ عن ذلك ركعتان يركعهما من الضحي
Artinya, “Setiap pagi, ruas anggota tubuh kalian harus dikeluarkan sedekahnya. Amar ma’ruf adalah sedekah, nahi mungkar adalah sedekah, dan semua itu dapat diganti dengan shalat dhuha dua raka’at,” (HR Muslim).
Dari uraian di atas tentu teman-teman sekalian ingin menjadi orang beruntung kan ? Mari kita Shalat Dhuha. Semoga bermanfaat
(Sandy Rezkia)