KUTUB.ID– Tertawa, marah maupun menangis merupakan cara setiap individu dalam mengekspresikan perasaannya dan itu termasuk emosi yang wajar dimiliki oleh manusia. Namun, sayangnya ada beberapa pengecualian untuk seorang lelaki dalam menyatakan perasaannya dilingkungan sehari-hari. Khususnya saat mengekspresikan perasaannya saat menangis.
Berbagai kalimat diucapkan ketika laki-laki menangis, seperti “lah masa laki nangis sih, cengeng banget deh”, “dih! Badan aja kekar tapi diputusin malah nangis”. Serta ungkapan lainnya yang biasanya diucapkan pada laki-laki yang menangis, seolah menangis adalah hal yang tidak wajar untuk dilakukan laki-laki. Atau mungkin dari kita pernah juga menemukan atau mungkin menjadi pelaku yang mengolok-ngolok anak laki-laki yang menangis sebagai sebutan anak mami. Serta menagnggap mereka cengeng, lemah atau tidak jantan.
Padahal, seperti yang sudah disampaikan menangis adalah emosi yang memang diberikan pada semua orang. Menangis tidak memiliki jenis kelamin, air mata enggak memilih dijenis kelamin mana dia akan turunkan?
Menurut Fiona Forman, Msc. yang merupakan fasilitatir Psikologi positif terapan dan juga penulis buku Welcome to Well-Being-Book A: Meet Mo & Ko (Juniot Infants), sterotip atau prasangka mengenai laki-laki yang seperti dilarang untuk menangis dibudaya kita dapat menghambat perkembangan emosional. Menurutnya, hal ini bisa merusak harga diri mereka dan meremehkan citra diri mereka.
Namun memang tantangan sosial yang ada, sering mengidentifikasi seorang lelaki sebagai makhluk yang kuat dan tidak boleh cengeng. Hal itu sering disebut Toxic Masculinity atau konstruksi sosial beracun terhadap seorang lelaki. Definisi maskulinitas seperti itu pun bisa berdampak buruk bagi laki-laki.
Berdasarkan sebuah survei The Mens Project (Studi di Australia), gagasan mengenai kejantanan tersebut bisa membuat laki-laki tertekan dan depresi. Yang berakibat melakukan tindakan kriminal, bunuh diri hingga pelecehan seksual.
Lantas, bagaimana sebaiknya kita bertindak melihat konstruksi sosial ini?
Laki-laki menangis itu normal
Saat melihat laki-laki menangis, baik itu kawan ataupun saudara alangkah lebih baiknya kita menahan diri untuk tidak melabelinya dengan label sebutan cengeng atau kalimat yang mungkin menyinggung seperti “yaaelah malah nangis, kamu kan laki-laki”. Ataupun ungkapan yang lain. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, jika menangis itu sepenuhnya normal ada pada diri manusia.
Menangis merupakan sebuah mekanisme pelepasan alamiah yang membantu kita untuk menenangkan diri. Menangis membuat kita melepaskan oksitosin, endorphin dan hormon penghilang stress. Hormon-hormon ini mampu meningkatkan suasana hati dan menghilangkan rasa sakit. Jadi, normal-normal saja jika seorang lelaki menangis!.
Menangis adalah cara seseorang mengungkap emosinya
Menangis adalah salah satu cara seseorang meluapkan emosinya, melalui menangis perasaan akan lebih lega dan tenang. Baik menangis karena haru, sedih ataupun kecewa. Setidaknya beban hati akan jauh lebih berkurang dari pada kita terus memendamnya. Memendam sesuatu terlalu lama yang menyebabkan sesak didada tidak baik kan, apalagi untuk kesehatan mental kita. Begitupun dengan laki-laki, mereka memiliki hak untuk mengekpresikan emosinya melalu menangis.
Menangis merupakan hak semua orang
Stigma yang tumbuh di masyarakat mengenai laki-laki yang menangis adalah lemah mungkin saja karena anggapan bahwa menangis adalah hak perempuan saja. Namun, seperti yang sudah disinggung. Bahwa menangis merupakan hak semua orang, termasuk lelaki. Mereka berhak mengungkapkan sisi emosinya melalui menangis.
Siapapun bisa merasakan kesedihan yang teramat sangat. Jadi untuk kamu kaum laki-laki, tidak apa-apa jika tidak merasa baik-baik saja kemudian menangis. Tidak perlu merasa gengsi, karena kamupun perlu menjaga kesehatan mental mu !
Melihat dengan sudut pandang baru tersebut setidaknya bisa membuat keadaan di lingkungan sosial kita sedikit berubah, sehingga stigma-stigma yang selama ini berkembang dan menyebutkan jika laki-laki yang menangis cengeng atau tidak jantan bisa berkurang dan menciptakan kesetaraan yang sama antara laki-laki dan perempuan. Sehingga baik laki-laki maupun perempuan bisa mengekspresikan emosinya.
Jika kita adalah perempuan, maka mari lebih peduli kepada laki-laki yang sudah jujur mengeluarkan emosinya, dalam hal ini menangis. Melihat mereka sebagai individu yang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan air matanya agar perasaan sesak dihati setidaknya bisa berkurang.
Lantas, jika kita adalah laki-laki. Sesekali merasa tidak baik-baik saja adalah sebuah kewajaran, karena kita adalah manusia yang diberikan beragam emosi yang unik. Maka tidak apa-apa jika sesekali ingin menangis dan akhirnya berakhir dengan tangisan yang tersedu-sedu. Terima kasih karena sudah jujur akan emosi yang dirasakan. Laki-laki juga boleh kok menangis!.
(Siti Fatonah/Sekretaris IPPNU Jawa Barat)