“Tinggalkan takbir di sudut ruang sunyi ibadahmu saja jika di luar kau menjualnya dengan murah hanya untuk menyakiti sesama” – hal.104
Judul : Hijrah Jangan Jauh-Jauh, Nanti Nyasar!
Penulis : Kalis Mardiasih
Penerbit: Mojok
Tahun : Oktober 2019
Tebal : 210 halaman
ISBN : 978-623-7284-14-7
Beberapa waktu yang lalu istilah “hijrah” menjadi sebuah istilah yang cukup populer dimana-mana. Kemudian istilah tersebut berubah menjadi sebuah istilah spiritual, religius, islami dan menjadi gerakan yang disuarakan dimana-mana bahkan menjadi suatu dambaan paripurna bagi perjalanan hidup seseorang. Pada dasarnya ke hits-an istilah hijrah adalah sebuah hal yang wajar, karena bagian dari dinamika kehidupan manusia.
Jika kita runtun dari segi historis, hijrah merujuk pada peristiwa migrasnya Nabi Muhammad Saw dan sejumlah sahabat ke Madinah. Sebuah gerakan berpindah dari keadaan yang kurang baik menuju keadaan yang lebih baik. Didalamnya ada sebuah misi progresivisme demi terciptanya masyarakat yang mampu bergerak secara dinamis dan tetap berpangku pada misi keIslaman yakni mewujudkan keadilan sosial dan kemanusiaan secara universal. Namun, fenomena hijrah kekinian menjadi sedemikian anomalinya dengan tujuan dan misi Islam tersebut.
Buku ini menguraikan mengenai fenomena hijrah yang hari ini berjamur dimana-mana. Buku yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis mulai dari ujaran kebencian di media sosial dengan mengatasnamakan agama bahkan terjadi di mimbar khutbah jumat bahkan sampai bermunculan para ulama yang kurang kompeten hingga meneriakkan takbir untuk merundung orang lain yang berbeda dengannya. Juga menyikapi perbedaan yang ada dengan mengkafirkan dan menyebarkan berita hoax untuk menakut-nakuti sesama.
Kisah yang paling menarik perhatian yang ditulis oleh Mbak Kalis adalah kisah dari Marlina teman dari Mbak Kalis yang menjadi TKW di Malaysia yang mungkin sudah tak ingat shalat, ia berjuang untuk menghidupi keluarganya di kampung. Penghasilannya sebagai TWK ia belikan tanah yang kini ludes dipakai ibunya berjudi. Sosok Marlina begitu berbakti kepada Ibunya tanpa pamrih, meskipun ibunya tidak baik. Namun, bagaimana hari ini orang-orang dengan mudah sudah memetakan surga hanya diperuntukkan untuk orang shaleh dan shalehah versi mereka?
Kemudian ada kidah tentang Pak Wanto, Nurul dan Pesta Tahun Baru. Sebuah acara yang dikampanyekan haram oleh sekelompok orang yang mengaku shaleh. Namun, mereka seolah-olah menutup mata pada sebagian kelompok yang justru mengais rejeki pada kegiatan tahunan tersebut seperti Pak Wanto yang berjualan trompet untuk membahagiakan anaknya Nurul.
Secara garis besar, buku ini memaparkan fenomena hijrah yang justru dipahami dengan hitam putih dengan mudah mengkafirkan atau menyalahkan seseorang karena tidak meniti jalan seperti mereka yang sedang berhijrah dan memiliki pemahaman yang berbeda. Tidak masalah jika kita hendak mempelajari agama secara lebih dalam atau memiliki pemahaman mengenai nilai-nilai tertentu yang berbeda dengan yang lain. Namun, bukan berarti karena hal itu kita merasa lebih benar dan melakukan judgement terhadap orang lain bahkan sampai menuduhnya haram dan label lainnya yang itu melukai sisi kemanusaiaan kita.
Jika Sahabat Kutub hendak membaca buku ini, kalian akan bertemu dengan lima bab tema yang disajikan yakni Islam dan Kebaikan anak-anak, Islam dan Kemanusian. Islam dan Akal Sehat, Islam dan Contoh Baik, Islam dan Modernitas. Buku ini sangat cocok dibaca oleh siapapun, terlebih untuk mereka yang ingin memahami makna perbedaan yang ada dan belajar bertumbuh di antara keberagaman yang ada. Toh ternyata keberagamaan di kehidupan kita sehari-hari perlu dirayakan dengan ramah dan penuh kasih sayang.
Penulis: Siti Fatonah