Kutub.id – Apa yang terbesit dalam pikiran kalian saat mendengar kata “perempuan”? Apakah makhluk yang lemah lembut, cantik, feminim, ribet, cengeng, moodyan, harus serba bisa dan masih banyak lagi. Dari masa ke masa, tidak akan luput dari adanya peran “perempuan” dalam kehidupan ini.
Bagaimana tidak, sebuah peradaban itu dilahirkan oleh seorang perempuan. Sudah kita ketahui bersama bahwasanya Siti Hawa merupakan perempuan pertama yang Allah ciptakan di bumi ini yang merupakan ibu umat manusia yang melahirkan generasi-generasi sampai terbentuknya peradaban di muka bumi ini.
Banyak tokoh perempuan hebat dari waktu ke waktu yang telah menghiasi berbagai bidang di kehidupan kita. Pada zaman dulu misalnya, di negara kita ada perempuan hebat yang bernama R.A Kartini yang terkenal sampai sekarang karena keberaniannya memperjuangkan gerakan emansipasi wanita.
Di masa sekarang, siapa yang tak mengenal Najwa Shihab yang biasa dipanggil dengan sebutan Mbak Nana seorang pembawa acara perempuan yang berani mewawancarai pejabat sampai pejabat itu sendiri gelagapan menjawab pertanyaan terkait isu kebijakan pemerintah. Atau mungkin anak muda zaman sekarang yang kagum dengan sosok Maudy Ayunda seorang penyanyi sekaligus artis yang beberapa tahun yang lalu sempat galau karena diterima di dua universitas terbaik di dunia yaitu Stanford University dan Harvard University.
Dilihat dari beberapa tokoh perempuan yang saya sebutkan di atas, ternyata perempuan itu hebat dan istimewa. Terlepas dari penilaian orang bahwa perempuan itu lemah, ternyata ada R.A Kartini yang berjuang menyuarakan keadilan, ada orang menilai perempuan itu pemalu nyatanya ada Najwa Shihab yang berani, ada anggapan orang lain yang katanya perempuan gak usah sekolah tinggi-tinggi, ternyata ada Maudy Ayunda yang melanjutkan S2 jauh-jauh ke luar negeri.
Mungkin ada yang beranggapan “ah itumah karena privilege aja, karena mereka anak dari tokoh terkenal atau mereka punya popularitas dan kekayaan, makanya mereka bisa hebat kayak gitu, sedangkan kita cuma perempuan biasa-biasa, bisa apa?”. Kita mungkin tidak tahu perjuangan apa saja yang sudah mereka lakukan dan rintangan yang mereka lalui agar bisa menjadi hebat seperti sekarang. Menjadi seorang perempuan memang tidak mudah, banyak tuntutan, stigma negatif, terkesan direndahkan dan beban yang ditanggung perempuan tidaklah ringan.
Namun yang pasti semua perempuan di muka bumi ini merupakan perempuan-perempuan tangguh dan hebat walaupun dihadapkan dengan problematikanya masing-masing, baik memilih menjadi wanita karir yang nantinya mengalami double burden atau peran ganda dimana ia harus melakukan pekerjaan domestik dan bekerja di luar (baik karena tuntutan ekonomi atau keinginan sendiri) maupun menjadi ibu rumah tangga yang luar biasa hebatnya mengurusi urusan rumah tangga yang tidak ada liburnya, mengurusi kebutuhan suami dan anak-anak, memastikan seisi rumah bersih dan rapi, memastikan makanan yang dimakan anggota keluarga bergizi, dan masih harus mendidik anak-anaknya.
Banyak sekali tuntutan dari lingkungan yang ditujukan kepada perempuan, misalnya stereotip bahwa perempuan itu harus cantik sampai-sampai sekarang ada yang dinamakan beauty standard dimana perempuan cantik itu harus memiliki muka glowing, kulit yang putih, tubuh yang langsing dan badan yang tinggi misalnya. Karena dari hal ini lah sekarang banyak perempuan-perempuan yang merasa minder dan tidak percaya diri dengan dirinya sendiri karena tidak memiliki “beauty standard” tersebu.
Padahal “cantik” itu tidak dimaknai dalam hal fisik saja, melainkan “inner beauty” yang memancar dalam diri perempuan. Kemudian dalam pekerjaan domestik, perempuan dituntut “harus serba bisa” misalnya dalam memasak, belanja, mencuci, menyapu bahkan masih harus mengurus anak, jika tidak bisa maka akan mendapat cibiran, sedangkan laki-laki hanya bertugas mencari nafkah saja.
Padahal dalam ranah rumah tangga sudah seharusnya laki-laki ikut membantu, karena memasak, mencuci, menyapu itu merupakan basic life skill yang memang laki-laki juga harus bisa.
Sebenarnya masih banyak persoalan isu-isu yang menyangkut perempuan, masih banyak kasus-kasus yang merugikan perempuan misalnya kekerasan dalam rumah tangga, sexual harrasment, kaum perempuan termarginalkan dan sampai saat ini masih ada budaya patriarki yang terjadi bahkan diskriminasi. Untuk itu untuk menjadi perempuan hebat mari kita mulai dari diri kita sendiri, dengan mencintai diri kita sendiri, menerima dan berdamai dengan diri sendiri. Kenali diri sendiri kemudian lakukan versi terbaik yang bisa kita lakukan, percantik diri tidak hanya fisik saja namun dengan akhlak dan prestasi. Upgrade diri mulai dari hal-hal kecil setiap harinya. (Linda Ruhwina Fauziah)