Minggu, Desember 3, 2023

Menuju Pelajar Putri yang Cendekia


Kutub.id- IPPNU sebagai salah satu badan otonom yang merupakan bagian dari batang tubuh organisasi masyarakat Islam terbesar di dunia, yakni Nahdlatul Ulama (NU) dengan batasan usia 12-30 tahun tentu mempunyai dasar hukum, asas, arah tujuan, dan lain halnya yang harus ditempuh oleh seluruh anggota dan kader IPPNU.

Tak terkecuali lima aspek wawasan perjuangan, yakni wawasan kebangsaan, wawasan keislaman, wawasan keilmuan, wawasan kekaderan, serta wawasan keterpelajaran. Semua wawasan ini sangat mendominasi sebagai fondasi bagi IPPNU untuk menentukan kualitas dirinya secara khusus dan juga tentunya untuk kualitas organisasi.

Nilai kualitas dari seorang pelajar bisa kita perjelas dengan kata cendekia, sebagaimana tema yang diusung oleh PW IPPNU Jawa Barat pada saat mengadakan Latihan Kader Utama dan Latihan Pelatih bulan lalu, yakni “IPPNU yang Cendekia untuk NU dan Indonesia.

Cendekia, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti tajam pikiran, cerdas, dan pandai. Dilihat dari pengertian tersebut, kita bisa mengambil filosofi pisau, jika ingin terus tajam maka pisau tersebut harus terus diasah. Begitu pun pelajar, sebagaimana mestinya, mereka sebagai pelajar harus terus diasah dengan terus belajar. Maksud dari belajar di sini bukan hanya saja mempelajari pelajaran yang diberikan atau diterima oleh mereka di bangku sekolah atau majelis ta’lim.

Lebih luas dari itu, bagaimana para pelajar terus mengembangkan pola pikir, kemampuan, hingga pengalaman hidupnya, salah satunya melalui organisasi. Maka, dengan ini, IPPNU menjadi ruang yang sangat pas bagi saya, bagi kita, pelajar putri yang hidup di lingkungan pesantren atau notabene NU.

Sebelum membuat bentuk implementasi, perlu penataan dan pembedahan wawasan perjuangan tersebut untuk diketahui, ditelaah oleh para anggota dan kader IPPNU, sebagai berikut:

Wawasan Kebangsaan, yaitu pandangan IPPNU yang dijiwai oleh asas demokratis, mengakui keanekaragaman sosial budaya, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, menghargai harkat dan martabat manusia serta memiliki sikap dan kepedulian terhadap nasib bangsa dan negara, berdasarkan pada prinsip keadilan, persamaan dan demokrasi.

Wawasan Keislaman, yaitu pandangan IPPNU yang menempatkan ajaran agama Islam Ahlussunnah Wal Jamaah An-Nahdliyyah sebagai sumber motivasi dan inspirasi dalam memberikan makna dan arah pembangunan manusia. Wawasan ini menjadi dasar bagi IPPNU dalam bersikap dan bertindak untuk selalu tawassuth, ideal, tasammuh dan tawazun serta amar ma’ruf nahi munkar. IPPNU juga bersikap mandiri, bebas, terbuka serta bertanggung jawab dalam bersikap, berpikir dan bertindak sebagaimana perilaku atau akhlak terpuji yang diajarkan oleh agama Islam sendiri.

Wawasan Keilmuan, yaitu cara pandang IPPNU yang menempatkan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk mengembangkan kecerdasan bagi kader dan anggota, sehingga mampu menjadi manusia yang utuh dan tidak menjadi beban sosial di lingkungannya.
Wawasan Kekaderan, yaitu cara pandang yang menempatkan organisasi sebagai wadah untuk membina kader yang memiliki ideologi Islam Ahlussunnah Wal Jamaah An-Nahdliyyah, memiliki wawasan kebangsaan yang luas serta pribadi yang seimbang antara ideologi Islam Ahlussunnah Wal Jamaah AnNahdliyyah dengan semangat kebangsaan.

Wawasan Keterpelajaran, yaitu wawasan yang menempatkan organisasi dan anggota pada pemantapan diri sebagai pusat keutamaan pemberdayaan sumber daya manusia yang terdidik. Wawasan ini mengisyaratkan watak organisasi dan anggotanya untuk senantiasa memiliki hasrat untuk belajar terus-menerus untuk memahami segala segi kehidupan, sehingga anggota dan kader IPPNU mempunyai pandangan dan wawasan yang luas.

Setelah ini, kita benar-benar menyadari betul bahwa kontribusi IPPNU untuk berbagai sektor, dari mulai agama, bangsa Indonesia, sosial masyarakat, sampai terkhusus untuk NU itu sendiri sangat memberikan pengaruh besar di mana ini menjadi landasan atau fondasi utama dalam turut berpartisipasi membangun bangsa Indonesia menuju manusia Indonesia seutuhnya yang memiliki keseimbangan lahir dan batin serta dunia dan akhirat. Tinggal bagaimana bentuk peran para kader dan anggota dalam menjalankan amanahnya untuk mencapai tujuan ke-5 wawasan itu dengan memperlihatkan penampilannya sebagai pelajar putri NU yang cendekia.

Selain untuk mengemban amanah, urgensi pelajar putri NU yang cendekia itu sangat diperlukan untuk bagaimana selanjutnya mereka akan dipersiapkan sebagai generasi muda yang memiliki kapasitas intelektualitas yang dari proses mengenyam pendidikan tentu bermuara pada suatu upaya taktis untuk menghasilkan calon-calon pemimpin masa depan.

Bertepatan pada hari ini, IPPNU berusia 67 tahun. Usia yang tidak bisa dianggap sepele di mana sebagai refleksi harlah, kita harus mengoptimalkan kualitas para kader dan anggota sebagai penghuni organisasi yang menampung generasi yang telah lama eksis ini. Sedikit berkaca pada sejarah, pendiri IPPNU, Almh. Ibu Nyai Dra. Hj. Umroh Mahfudzoh telah memberi contoh dan memperlihatkan serta membuktikan keberaniannya untuk memotori peserta kongres IPNU putri dalam memperjuangkan gagasan beliau dengan kerabatnya untuk menjadikan organisasi IPNU putri secara terpisah yang kemudian menjadi IPPNU.

Lalu, kiprahnya yang betul-betul mencintai kodratnya sebagai perempuan di lingkungan NU, tidak hanya cukup di IPPNU, bahkan aktif sebagai wakil ketua di Fatayat, 2 kali menjadi ketua PW Muslimat, juga aktif di beberapa komunitas dan organisasi di daerahnya seperti BMWI (Badan Musyawarah Wanita Islam),Bidang Pendidikan Wanita di Persahi (Persatuan Sarjana Hukum Indonesia), hingga pada ranah politik, beliau sampai pada kancah nasional sebagai anggota DPR RI mewakili 2 fraksi partai politik.

Sebagai tindak lanjut, kita bisa melihat peluang akan peranan intelektual muda dalam membangun bangsa melalui pengembangan soft skills dan juga penggemblengan secara organisasi sebagai penjabaran dari kualitas pelajar putri NU yang cendekia. Karena, ketajaman berpikir saja tidak akan banyak membuat pengaruh atau perubahan pada sebuah peradaban. Tentu dibutuhkan aksi nyata dari pengejawantahan atas pikiran yang tajam itu.

Di bawah ini, beberapa soft skills yang bisa dikembangkan oleh IPPNU sebagai bekal untuk membentuk implementasi sebagai pelajar NU yang berkualitas:

Communication & interpersonal Skills: public speaking, writing (news, papers), accepting variety roles, multi-media
Critical & Creative Thinking: research activities, sensitive to the situation
Personal Effectiveness: progress, productive, research awareness

Dari beberapa peluang soft skills yang diutarakan, kita bisa menyeimbangkan antara ketajaman berpikir serta kemampuan yang terus dikembangkan yang kemudian dijadikan sebuah aksi nyata dalam mewujudkan implementasi sebagai pelajar putri NU yang cendekia. Dalam pelaksanaannya, kita bisa menggunakan program kerja organisasi sebagai wadah dan ruang untuk pencurahan ide atau gagasan sebagai pelaksanaan implementasi tersebut. Dalam hal ini pun, tentu kita memerlukan team work yang dibangun untuk mempertahankan organisasi dalam menyukseskan seluruh program kerjanya agar tetap aktif dan produktif.

Bentuk implementasi yang dicanangkan adalah bagaimana IPPNU menjadi organisasi pelajar yang bisa menciptakan ruang-ruang yang kaya akan ilmu pengetahuan dan dibalut oleh kreativitas serta seimbang dengan berbagai hal. Keseimbangan pengetahuan agama dan umum menjadi khas untuk IPPNU, di mana kita bukan hanya intens dalam ilmu keagamaan tetapi juga mengoptimalkan untuk menyesuaikan dengan peradaban dan perkembangan zaman.

Tidak ada keterbatasan bagi IPPNU untuk mengekspresikan diri serta pikiran dan gerakannya menjadi bagian dari pelajar yang gemilang. Warna-warni kesempatan untuk berekspresi dengan tanpa menghilangkan citra keislaman serta keterpelajaran kita sebagai pelajar dan santri dalam pengikutsertaan menjadi bagian penting untuk agama, bangsa dan tanah air kita tercinta.

Kolaborasi Inovasi
Menurut versi santri, potongan tema harlah IPPNU ke-67, “Kolaborasi Inovasi” ini bisa disebut kalimat idzhafi. Baik idzhafi haqiqi, yang berarti pengkolaborasian inovasi, maupun idzhafi sifat lil maushuf, yang berarti inovasi yang dikolaborasikan. Keduanya mengandung nilai yang sangat hebat dan luar biasa untuk mengembangkan organisasi agar menjadi lebih baik. Terlebih, kita semua dengan amat sadar sedang menghadapi pandemi, bahkan sampai detik ini pun kita masih berjuang untuk menghindari dan berharap segera dihilangkan oleh Yang Maha Perkasa. Namun, tidak sedikit hikmah yang kita terima.

Gagasan kolaborasi inovasi ini menjadi inisiatif baru yang di gaungkan di semua lini termasuk IPPNU. Dewasa ini kita menjadi lebih mudah untuk bermitra dengan pihak mana pun.

Usaha ini tentu tidak akan lepas dari kecanggihan teknologi di era digital saat ini. Melalui jalur adaptasi dengan dunia maya (online) kita bisa menjalin silaturahmi, melakukan kerjasama tanpa terukur jarak dan tentunya sebagai bukti bahwa IPPNU betul-betul mengikuti serta berperan aktif dalam memanfaatkan perkembangan serta kemajuan zaman. Kita lebih cepat mengenal satu sama lain meski hanya bisa bersua dibalik layar gadget.

Selamat memperingati hari lahir ikatanku. Panjang umur, tetap menjadi ruang fasilitas bagi para pelajar sepanjang masa. Aamiin.

Ajeng Triani Putri, Ketua PC IPPNU Kabupaten Tasikmalaya.

Baca Juga

Stay Connected

0FansSuka
20PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -

Latest Articles