Oleh Renita
Secara umum, hubungan lelaki dan perempuan bermula dari munculnya sebuah perasaan yang sering disebut sebagai “jatuh cinta”.
Jatuh cinta adalah kondisi khusus yang tidak berlangsung lama. Pada tahap ini, seseorang mengalami ketertarikan kepada orang lain yang menjadi objek jatuh cinta. Ada rasa ingin selalu berdekatan, berdebar bila sedang bersama, selalu memikirkan sang objek, dan lain-lain. Semua ini adalah tanda-tanda umum orang yang sedang jatuh cinta, sehingga muncul ungkapan “jatuh cinta itu berjuta rasanya” atau “saat sedang jatuh cinta, dunia serasa milik berdua, sedangkan semua orang lain hanya menumpang belaka.”
Tetapi sesungguhnya, dalam perkawinan modal jatuh cinta saja tak cukup. Perlu dipahami bahwa, menurut para psikolog, jatuh cinta dengan cinta itu berbeda. Perasaan-perasaan yang dirasakan kala jatuh cinta itu perlahan akan menghilang setelah pasangan saling mengenal lebih dekat dan mulai membangun kehidupan bersama. Di sinilah kedekatan emosi, gairah seksual, dan komitmen mulai berkembang dan menggantikan rasa jatuh cinta. Hubungan menjadi lebih matang dan konsisten. Lalu, dari sini perlahan-lahan cinta yang sesungguhnya mulai tumbuh dan berkembang. Maka, dimulailah wujud nyata dari prinsip mengupayakan kondisi yang lebih baik (ihsan).
Pasangan suami dan istri yang tidak memahami perbedaan antara jatuh cinta dan cinta mengira bahwa hilangnya perasaan indah selama fase jatuh cinta itu berarti rasa cintanya sudah hilang. Mereka lalu kecewa dan merasa salah memilih pasangan. Mereka jadi takut akan hilangnya bunga-bunga asmara yang indah sebagaimana yang mereka rasakan kala jatuh cinta. Tetapi, pasangan yang memahami perbedaan tersebut justru akan semakin kuat hubungannya.
Bagi umat Islam, pernikahan memiliki makna yang dalam. Pernikahan bukan hanya aktivitas yang dilaksanakan demi pemenuhan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial belaka, tapi juga merupakan bagian dari aktivitas ibadah kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Seperti halnya, ikatan pasangan yang baru saja memulai akad, Siti Latifah (Ketua PW IPPNU Jabar) dan Dede M Multazam, Ahad (23/5).
Dua insan yang memiliki tujuan yang mulia, yakni menciptakan keluarga yang menghadirkan ketentraman (sakinah), serta kasih sayang (mawaddah dan rahmah) bagi seluruh anggota keluarga. Sebagaimana firmah Allah dalam surat ar-Rum ayat 31:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan (suami/istri) dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan jadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
“Sekali lagi, selamat menempuh hidup baru Teh Puput dan Kang Dede. Semoga senantiasa menjadi keluarga yang damai, tenang, dan tentram dalam rajut cinta serta kasih sayang nan sejuk dan abadi.”