Kutub.id – Perempuan adalah istilah untuk jenis kelamin manusia yang berbeda dengan laki-laki. Dalam bahasa Sanskerta kata perempuan diambil dari kata per + empu + an. Per, memiliki arti mahluk, dan empu, yang berarti mulia, tuan, mahir. Dengan demikian perempuan bisa dimaknai sebagai mahluk yang memiliki kemuliaan atau kemampuan.
Allah swt tidak membedakan antara perempuan maupun laki-laki. Semua diciptakan Allah swt baik adanya. Perempuan diciptakan dari tulang rusuk lelaki, itu artinya perempuan memang diciptakan untuk menolong laki-laki atau menjadikan perempuan itu sebagai pendamping yang sepadan. Selain itu perempuan diciptakan untuk melengkapi ketidaksempurnaan/kekurangan laki-laki.
Secara sosial, peran serta kedudukan perempuan dengan laki-laki berbeda dalam keadilan yang diatur dalam agama. Perempuan kerap dianggap sebagai kelompok kelas kedua (subordinat) bahkan dipandang rendah sekalipun. sehingga mereka tidak memperoleh persamaan hak dengan laki-laki. Konstruksi terhadap gender yang dibangun oleh masyarakat menimbulkan pandangan tentang bagaimana laki-laki dan perempuan seharusnya. Dalam berbagai bidang kehidupan masih sering dijumpai perbedaan yang sangat terlihat jelas mengenai peran, posisi, dan sifat perempuan.
Perempuan kerap dinilai tidak perlu menempuh pendidikan yang tinggi karena pada akhirnya hanya akan kembali ke dapur. Perempuan juga dianggap hanya bisa melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan urusan domestik (rumah tangga). Seperti aktivitas menyapu, mengepel, hingga memasak kerap diidentikkan dengan peran atau kewajiban kaum perempuan. Padahal, kodrat wanita itu menstruasi, melahirkan, serta menyusui. Selain dari hal itu seharusnya merupakan kewajiban laki-laki.
Dalam kebanyakan sejarah dunia, kita bisa menemukan berbagai peraturan yang membatasi, mendiskriminasi, bahkan merendahkan perempuan. Dunia seakan terlahir dengan nilai patriarki dan perempuan dianggap tidak bernilai. Parahnya lagi, beberapa kaum pria memandang perempuan hanya sebagai objek seksual untuk memenuhi nafsu birahi.
Sedari dulu, perempuan tidak memiliki banyak pilihan baik dalam politik, pekerjaan, bahkan jodoh sekalipun. Dalam sejarah politik dunia, perempuan berjuang mati-matian untuk mendapatkan hak memilih. Begitu pula dalam hal pekerjaan, pemimpin, dan lainnya terlalu banyak stigma negatif tentang perempuan.
Stigma masyarakat yang positif terhadap sosok perempuan yang berprestasi dan bisa menyeimbangkan antara keluarga dan karir menjadi sangat langka ditemukan, karena perempuan seringkali takut untuk berkarir karena tuntutan perannya sebagai ibu rumah tangga. Selama perempuan tidak melupakan kewajibannya menjadi seorang istri sekaligus ibu rumah tangga, apa salahnya jika perempuan berkarir sekaligus mengurus pekerjaan domestik (rumah tangga)?
Peran domestik bukan hanya kewajiban atau keharusan bagi perempuan, tetapi juga dapat dilakukan laki-laki. Hal ini bukan bermaksud melawan tradisi, agama, ataupun budaya. Namun dalam kondisi yang menunjukkan adanya kesempatan ketika laki-laki dapat melakukan peran domestik, mengapa tidak melakukannya?
Apabila seorang suami dan istri bekerja di ranah publik alangkah lebih baiknya seorang suami juga ikut membantu meringankan pekerjaan rumah tangga (saling melengkapi satu sama lain). Jadi, bukan perempuan saja yang harus mengurus urusan domestik rumah tangga. Laki-laki juga harus memiliki andil mengurusi urusan rumah tangga, seperti memasak, menyeterika, mencuci piring dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya beban ganda (double burden) terhadap seorang istri sekaligus mewujudkan kesetaraan gender terhadap perempuan (istri) dalam rumah tangga.
Perlu diketahui, berbicara mengenai kesetaraan bukanlah tentang kesamaan, melainkan tentang memahami kemampuan dan kebutuhan masing-masing pihak dan menanganinya dengan sesuai. Maka dari itu, pentingnya menegakkan kesetaraan gender menjadi salah satu hak asasi kita sebagai manusia (perempuan). Hak untuk hidup secara terhormat, bebas dari rasa ketakutan dan bebas menentukan pilihan hidup tidak hanya diperuntukan bagi para laki-laki, perempuan pun mempunyai hak yang sama pada hakikatnya. Jangan jadi perempuan yang mau diperbudak oleh laki-laki karena sesungguhnya kedudukan seorang perempuan itu amat sangat berharga.
Ada pepatah yang mengatakan: “Dibalik laki-laki yang sukses ada seorang perempuan di belakangnya”. Namun, menurut saya laki-laki yang sukses memiliki perempuan di sampingnya.
Maka dari itu “Jadilah seorang perempuan hebat yang berdiri disamping laki-laki bukan dibelakangnya”. (Dwi Anggraeni Mahabah)