Kutub.id- Baru kali ini tertarik ingin mengulas sebuah drama korea (drakor). Tak lain karena ceritanya yang unik dan menarik. Our Blues, salah satu drakor yang baru saja selesai. Gaya penceritaan yang berbeda, yakni bergaya omnibus membuatnya menjadi tontonan yang layak disimak. Daya tarik lain dari drama ini adalah para pemerannya yang bertabur bintang-bintang papan atas Korea.
Selain aktor kawakan seperti Lee Byung-hun, ada penampilan pasangan idola Korea yang manis Shin Min-a & Kim Woo-bin. Penulisnya, Noh Hee-kyung, konon menonton lebih dari 100 film dokumenter untuk menulis naskah drama ini. Belum lagi suara merdu Jimin BTS berduet dengan Ha Sung-woon yang membawakan soundtrack berjudul “With You” semakin mempopulerkan drama ini.

Dalam drama bergaya omnibus, cerita tidak berpusat pada 1-2 orang sebagai tokoh utama, tapi pada beberapa orang sekaligus. Semacam cerita bersayap atau film pendek yang dirangkai dalam serial yang panjang. Menontonnya mesti sabar, karena alur cerita berpindah-pindah. Yang menarik perhatian dari drama ini adalah banyaknya peran perempuan yang menjadi pusat cerita. Latar kehidupan masyarakat pesisir di Pulau Jeju yang berprofesi sebagai nelayan dan pedagang di pasar, menonjol dalam cerita. Ada profesi-profesi lain tapi pusat cerita ada di pasar dan di pantai. Bahkan, penentu saat harga lelang ikan di pasar ikan adalah perempuan.

Kekaguman kita akan segera terbangun melihat kegigihan para perempuan tua yang berprofesi sebagai haenyeo (penyelam wanita), semacam penyelam profesional. Dengan skillnya, mereka mencari kerang yang langka bernama abalone, sejenis kerang mahal yang memanennya sangat tidak mudah. Kerang jenis abalone ini dipanen dari dasar laut, ukurannya besar, cangkangnya berat dan tebal, karena itulah ia berada di dasar laut. Untuk mengambilnya diperlukan skill menyelam yang handal. Pekerjaan yang terbilang beresiko tinggi. Para pengambil abalone dalam drama ini adalah sekelompok perempuan, yang didominasi orang berusia renta. Mereka sudah berpengalaman puluhan tahun di laut, bahkan beberapa anggota keluarganya meninggal di laut saat menjalani profesi itu.
Setiap hari minggu mereka akan berangkat bersama menuju tempat kapal ditambat untuk kemudian berangkat mengambil abalone di dasar laut. Pekerjaan memanen abalone harus dilakukan bersama tim, sesama penyelam harus berdekatan atau setidaknya ada teman yang bersama, tidak boleh sendiri, mereka hanya boleh mengambil sebiji abalone dalam sekali menyelam, serta mereka harus muncul ke permukaan bersama-sama. Pekerjaan sesulit itu dilakukan kaum perempuan berusia tua. Laki-lakinya berperan sebagai kapten kapal yang mengantar mereka ke tengah laut, tempat kerang-kerang abalone berada. Mereka bahkan tidak memiliki skill menyelam seperti kaum perempuan.
Selain mengambil kerang jenis abalone, mereka juga setiap hari berjualan sayuran di pasar. Sebuah potret kehidupan perempuan yang penuh kegigihan. Para perempuan di usia senja yang hidup sendirian, berjuang mencari nafkah dengan cara yang keras, menghadapi kemiskinan dengan segala problematikanya.

Konflik cerita boleh berkembang, tetapi bagiku pusat cerita adalah tentang kebertahanan kehidupan perempuan. 1) Perempuan yang menderita sakit psikis dan terus berjuang untuk bisa mengasuh anaknya yang terpisah akibat kondisi sakitnya (diperankan Shin Min-a); 2) perempuan belia yang harus menghadapi beratnya kehamilan dini yang tidak diinginkan, namun tidak menyerah untuk tetap setia pada cita-citanya (Roh Yoon Seo); 3) perempuan yang harus mengorbankan kisah cintanya berkali-kali karena harus mengurus saudara perempuannya yang difabel sejak lahir, menderita down syndrom, sementara kedua orang tua mereka sudah tiada, “seumur hidupku aku harus mengurus adik perempuanku, belum tentu ada laki-laki dan keluarganya yang mau mengerti dan menerima.” (Diperankan Han ji-min); 4) perempuan yang terus berjuang untuk hidup mapan meski dia sendiri melajang hingga tua, sangat loyal dan baik pada teman (Lee Jung-eun); 5) perempuan yang kehilangan cinta anak sepanjang usianya (Kim Hye-ja).
Juga para perempuan yang harus bekerja keras untuk bisa menghidupi dirinya, para perempuan lanjut usia yang terus bekerja bahkan hingga ajal menjemput sampai para perempuan yang kehilangan cinta namun mereka tak menyerah.
Bagiku, Our Blues adalah gambaran kekuatan perempuan dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Perempuan-perempuan perkasa yang berbagi energi bersama, saling menyayangi dan saling mendukung.
Penulis: Neng Yanti Khozana, penikmat Drama Korea