Hoalah malang tenan nasibmu Den, Den. Niat hati berangkat ke Bandung mau nyelesain skripsi, malah harus terpaksa pulang, dirawat pula.
Kutub.id-Jadi begini gais ceritanya, temenku Deden Bahrudin (biasa disapa Deden), dia adalah mahasiswa tingkat akhir jurusan informatika, Politeknik Piksi Ganesha Bandung. Ceritanya doi buru-buru berangkat ke Bandung mau nyelesain skripsinya yang sudah mangkrak beberapa bulan. Ibunya selalu menanyakan kapan dia diwisuda.
Dengan tekat bulat sekaligus sudah nggak betah selalu mendapat pertanyaan yang sama lewat telepon dari ibunya ini, Deden berangkat ke Bandung menggunakan motor Vario putih kesayangannya. Awalnya dia ngajak saya buat berangkat bareng, tapi saya tolak karena masih harus ngurus urusan di rumah.
Tapi naas, nasib buruk menimpa Deden. Saya mendapat kabar dari Grup WhatsApp bahwa Deden kecelakaan di daerah Palimanan. Sontak saja, sebagai sobat karibnya saya langsung meluncur menemui Deden ke rumahnya setelah diberitahu adiknya bahwa Deden sudah ada di rumah.
Usut punya usut, setelah saya tanya sana-sini perihal apa yang menyebabkannya sampai bisa jatuh dari motor itu dan harus berdiam diri di rumah karena dirawat, Deden menceritakan bahwa ia jatuh karena menghindari seorang ibu-ibu yang ada di depannya.
Awalnya dia ragu ketika hendak menyalip ibu-ibu yang ada di depannya itu, posisinya ada di tengah namun jalannya lambat. Dengan posisi seperti itu, ia mengira bahwa ibu-ibu tersebut mau belok. Namun, dia justru dibuat bingung tatkala si ibu itu tak kunjung menyalakan lampu seinnya.
Karena situasi seperti itu cukup lama dan si ibu tak kunjung menyalakan lampu seinnya, Deden memutuskan untuk menyalip dari sisi sebelah kanan. Namun sepertinya ini bukan hari keberuntungannya, ketika ia hendak menyalip si ibu itu, si ibu justru membelokkan motornya ke sisi sebelah kanan. Deden yang sudah dalam kondisi setengah menyalip itu lantas membanting setirnya ke arah yang berlawanan dan sialnya ia malah jadi tidak bisa mengendalikan motornya tersebut. Walhasil…
“Gubraaaakkkkkkkk!”…
Deden terjatuh dari motor, orang-orang yang melihat kejadian itu langsung melakukan pertolongan pertama, membawa Deden ke rumah sakit terdekat, Deden kemudian dibawa ke rumah untuk proses pemulihan lukanya. Tapi untungnya, lukanya tidak terlalu parah.
Mendengar kronologi kejadiannya, sepertinya hal seperti ini sudah sering terjadi dan saya sudah banyak mendengar ceritanya dari orang lain yang mengalami hal yang sama, bahkan saya sendiri pun nyaris jadi pelaku dalam cerita dengan alur dan kronologi yang sama itu.
Dari kejadian ini pula, saya jadi tertarik untuk melakukan riset kecil-kecilan bersama Mbah Google tentang ‘Ragam Tipe Emak-emak Bawa Motor’, riset ini saya lakukan sebagai upaya antisipasi dan ikhtiar “kalau-kalau” saya bertemu ibu-ibu nyetir motor yang ada di depan saya. Sehingga kalau itu terjadi minimal saya sudah punya bekal untuk menghadapi situasinya.
Dari hasil riset kecil-kecilan itulah saya mendapati beberapa tipe, jenis, ragam atau apalah itu tentang gaya emak-emak naik kalo lagi naik motor di jalan.
Sein Kanan Belok Kiri
Tipe pertama ini rasanya sudah menjadi pengetahuan umum bagi setiap pengendara motor dan bukan menjadi rahasia lagi. Bagi kalian yang pernah mengalami situasi ini pasti merasa bingung sekaligus kesal karena di saat bersamaan harus menebak-nebak kemana si pengendara motor ini akan membelokkan motornya, apakah sesuai dengan lampu sennya atau justru berlawanan arah?
Nah pasti kalian pernah dong berada di posisi ini, yakan, yakan? kalo lagi ada dalam situasi situasi seperti ini kira-kira apa yang bakal kalian lakuin?
Jalan Santai Anteng di Tengah
Tipe yang satu ini juga tidak kalah membingungkannya, jalan di tengan dengan kecepatan yang lambat. Pengendara motor dengan posisi seperti ini biasanya atau emang umumnya adalah ingin segera belok kanan atau putar balik di haluan depan. Tapi berbeda cerita kalau yang bawa motornya adalah Emak-emak, semua tindak-tanduknya jadi penuh misteri. Cewek emang selalu susah untuk ditebak…
Lampu Sein yang Selalu Menyala
Yang terakhir nih, hal yang sudah melekat dalam diri seorang emak-emak ketika bawa motor selain dari dua poin di atas adalah soal lampu sein yang selalu menyala. Entah emang kelupaan atau malas pencet tombol lampu sein, saya juga nggak paham. Tapi sering kali, sepengalaman saya melihat kejadian seperti ini di jalan pelakunya adalah emak-emak lagi. Sampe-sampe ini jadi slogan atau ejekan buat kita kaum adam yang kalau habis belok lampu seinnya tidak dimatikan. “Seinnya matiin woi, udah kayak emak-emak aja lu bawa motor.”
Yah begitulah, sekelumit cerita pengalaman dan riset kecil-kecilan saya bersama Mbah Google soal ragam tipe emak-emak bawa motor.
Ono-ono waee….
Penulis: Agung Gumelar