Kutub.id – Pengurus Anak Cabang (PAC) Ikatan Pelajar dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU) Kecamatan Plered menggelar seminar pencegahan pelecehan seksual dalam rangka Rencana Tindak Lanjut (RTL) Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) di Kantor Sekretariat Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Plered, Ahad (30/1).
Seminar tersebut mengundang dua narasumber yang berkompeten di bidangnya, yakni Rasti dan Handika Praba Ningrum.
Rasti dalam pemaparannya menyampaikan bahwa saat ini kekerasan seksual sangat marak terjadi dan merupakan masalah yang cukup serius dan harus ditangani dengan segera, tentunya Pelajar IPNU–IPPNU Harus lebih melek terhadap kasus-kasus seperti ini.
“Kekerasan seksual tidak hanya soal pemerkosaan, akan tetapi juga tentang bagaimana Teman lawan jenis, senior bahkan guru ngaji sekalipun menyikapi perempuan,” paparnya.
Pelecehan seksual sering terjadi pada kalangan pelajar lebih mirisnya lagi pelecehan seksual ini terjadi pada kalangan Pondok pesantren. Untuk itu pelajar NU harus siap membantu permasalahan atau kebingungan mereka yang berkaitan dengan permasalahan kekerasan seksual yang terjadi pada kalangan pelajar dan santri.
“Misalnya tindakan seperti merangkul, maupun menyentuh bagian luar pakaian juga bisa menjadi salah satu aktivitas seksual tanpa penetrasi,” katanya.
Sangat disayangkan lanjut Rasti, pelecehan ini sering dianggap hal biasa, mereka para pelaku seringkali membela diri dengan perkataan bahwa mereka melakukan hal tersebut bukan untuk melecehkan korban melainkan rasa agar lebih terlihat akrab.
“Padahal perlu diketahui bahwa Pelecehan seksual sudah sering terjadi kepada perempuan sehingga kejadian tersebut bisa menyebabkan penerimanya menjadi tertekan, memiliki rasa takut, malu, dan rendah diri, bahkan akan mengakibatkan perempuan tersebut memutuskan untuk mengurung diri,” tuturnya.
Sementara itu, Handika Praba Ningrum dalam pemaparannya mengatakan bahwa hal yang harus kita lakukan sekarang adalah terus bersuara mengenai hal ini, apalagi di kalangan pelajar sudah harus menerima pendidikan Kespro, pendidikan adil gender, tentang otoritas tubuh harus sudah diajarkan.
“Peran orang tua pun sangat penting, jadi orang tua harus sudah paham betul tentang pendidikan seksual ini, apalagi yg mempunyai anak remaja yang masih perlu bimbingan dalam memainkan gadgetnya, bimbingan dalam berelasi dengan lawan jenisnya, orang tua harus berperan aktif dan berbekal pengetahuan pendidikan seksualitas yg komprehensif,” ujarnya.
Mewakili Ketua IPNU, Ahmad Ghozin Abdil Aziz mengungkapkan bahwa dirinya merasa bangga dengan perjuangan Rekan dan Rekanita pada RTL ini bisa melangsungkan acara seminar.
“Mewakili Ketua IPNU Plered saya merasa bangga dengan perjuangan rekan dan Rekanita, yang sampai detik ini rela mengorbankan waktu dan tenaga demi terlaksananya kegiatan seminar ini,” ucapnya.
“Saya berharap dengan mengikuti Seminar ini secara sungguh-sungguh, rekan dan Rekanita mendapatkan materi yang ‘fresh’ dan ‘insightful’ tentang pelecehan seksual dikalangan remaja,” tambahnya.
Terakhir Ahmad berpesan pada Rekan IPNU dan Rekanita IPPNU untuk terus mencari pengalaman sebanyak-banyaknya untuk bekal karir hidup di masa depan.
“Dari saya, terus belajar, cari pengalaman sebanyak banyaknya, tetap berkhidmah di Nahdlatul Ulama dimanapun kalian berada terutama di IPNU IPPNU khususnya,” pesannya.
Ketua IPPNU Plered Diana Khoerunnisa dalam sambutannya mengatakan dirinya juga merasa bangga atas terselenggaranya acara ini, apalagi ini perdana yang diadakan oleh anggota yang baru masuk keanggotaan IPNU dan IPPNU.
“Saya sangat mengapresiasi kegiatan seminar ini, sangat luar biasa untuk kalian yang baru saja masuk ke ranah IPPNU, tapi kalian berhasil membuat agenda yang sangat luar biasa ini,” katanya.
“Harapan saya, semoga dengan di adakan nya seminar ini Rekan Rekanita lebih paham bagaimana bahaya pelecehan seksual dan tidak salah paham akan poin-poin pelecehan seksual,” pungkasnya.
Editor: Abdul Manap