Kutub.id – akhir-akhir cukup banyak konten di berbagai platform media sosial yang mengangkat isu body positivity. Sebenarnya, apa sih body positivity itu?
Pada awalnya body positivity adalah sebuah gerakan perlawanan terhadap diskriminasi kepada orang-orang yang memiliki tubuh gemuk yang dicetuskan tahun 1960-an.
Jadi, The National Association to Aid Fat Americans (NAAFA) berkampanye untuk hak yang sama bagi orang-orang dengan berat badan lebih tinggi dan mencoba mengkritik industri diet.
Body positivity adalah bentuk dari gerakan sosial yang mendorong penerimaan diri dan harga diri terkait tubuh, terlepas dari ukuran, bentuk, atau penampilan fisik.
Gerakan ini bertujuan untuk mengubah pandangan masyarakat yang seringkali tertekan oleh standar kecantikan yang sempit dan norma-norma yang tidak realistis terkait penampilan fisik.
Penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki tubuh yang berbeda, dan tubuh manusia bervariasi secara alami dalam berbagai ukuran, bentuk, warna kulit, dan karakteristik lainnya.
Body positivity adalah bentuk perayaan dari keunikan setiap individu dan menghindari membanding-bandingkan diri dengan standar yang tidak realistis.
Gerakan ini terus berkembang dan sring kali di angkat oleh bberapa content creator di media sosial. Kini, makna body positivity tidak hanya berfokus untuk menentang stereotip standar kecantikan saja, tapi juga diperluas menjadi menanamkan pola pikir bahwa seluruh tubuh baik dan indah dengan segala keunikannya.
Meskipun body positivity memiliki dampak positif dalam mengatasi tekanan budaya terkait penampilan fisik, penting juga untuk diingat bahwa hal ini bukanlah ajakan untuk mengabaikan kesehatan fisik. Body positivity lebih tentang menjalani gaya hidup yang sehat dengan menghormati dan merawat tubuh tanpa obsesi berlebihan terhadap penampilan luar.
Gerakan ini telah mendapatkan banyak dukungan dan perhatian dalam beberapa tahun terakhir, dengan banyak tokoh publik, selebritas, dan organisasi yang berkontribusi dalam mempromosikan pesan-pesan positif terkait tubuh dan harga diri.
Penulis: Bestari Saniya