Kutub.id- Hallo, Kutubers! Kali ini aku pengen nge-review sebuah buku yang menurut aku “Buku ini aku banget!”
Aku gak tahu kalau pola hidup aku selama ini ternyata nyaris mirip dengan stoa. So, ini review buku pertama aku dan ditulis berdasarkan penilaian pribadi, semoga bermanfaat.
Buat kalian yang pengen gak mudah baperan, cepat move on, stop overthinking, dan yang pasti, hidup dengan tenang, buku ini wajib kalian baca.
Judul buku :Filosofi Teras
Penulis : Henry Manampiring
Penerbit : Kompas Media Nusantara
Tebal buku : 344 halaman
Aku suka dengan cara penulis dalam menguraikan sudut pandang tentang hidup dan perihal menghadapi masalah. Pada intinya, hidup mesti dihadapi dengan “santai”.
Aku akhirnya bertemu dengan istilah dikotomi kendali yang tanpa sadar ternyata sudah lama aku terapkan. Buku ini semakin membuat aku paham kalau ada sesuatu yang memang berada di bawah kendali kita dan kita cukup fokus ke itu dulu. Adapun hal-hal yang di luar kendali adalah hal yang gak perlu dipusingkan atau dibikin ribet sendiri.
“Duh pasti bakal pusing karena ini bahas tentang filsafat gitu, kan?” Jawabannya adalah tidak. Kalian gak bakal pusing karena penulis lebih ke hal aplikatif yang disuguh dengan bahasa sederhana, sehingga gak bakal bikin mumet sendiri.
Buku ini juga mengajarkan bagaimana untuk mengelola ekspektasi, emosi, dan musibah. Aku paling suka dengan bab lima sampai bab delapan (isinya apa aja buruan lihat di dafus). Namun, tetap ada dimana aku harus enggak setuju dengan salah satu bagian dari buku ini yang bilang kalau tujuan filosofi teras adalah hidup dalam ketenangan, bebas dari emosi negatif.
Mungkin interpretasi tiap orang bakal beda tapi bagi aku, emosi negatif tidak bisa serta merta ditolak mentah-mentah. Sebaliknya justru emosi negatif juga perlu dihargai dan dimaknai dengan bijak. Atas dasar apapun, agama tetap jadi filter utama dalam kehidupan.
Teks/Foto: Delis Yayi Siti Maryam