Rokok dan Sejarah Nahdhatul Ulama

Banyak pendapat dari beberapa golongan tentang rokok. Nahdhatul Ulama (NU) dalam kesehariannya acapkali terdengar selentingan yang memelesetkan NU menjadi Nadhlatul Udud. Pelesetan itu sepintas konyol. Tetapi, jika ditelisik lebih lanjut, lahirnya NU ada kaitannya dengan udud (rokok).

Sejarah lahirnya NU merupakan perlawanan dari perkembangan Islam di Timur Tengah, khususnya Arab Saudi yang mengarah pada puritanisme Islam yang digagas Ahmad bin Abdul Wahab.

Ada banyak konsekuensi dari pemikiran ini, di antaranya berbagai amalan seperti berziarah dan membaca basmallah pada fatihah ketika shalat dilarang, rencana penggusuran makam Nabi Muhammad SAW, dan situs bersejarah lain. Dalam amalan keseharian, aktivitas merokok diharamkan. Bagi yang kedapatan merokok akan didenda sampai penjara, hingga hukuman fisik.

Menurut Choirul Anam, dalam buku yang berjudul Pertumbuhan dan Perkembangan NU tentang pengharaman rokok, KH Wahab Hasbullah memandang hal tersebut sangat penting untuk disikapi. Menurut beliau, bila hal semacam itu dibiarkan akan merembet ke persoalan muamalah lain.

Lagi pula, menurut Kiai Wahab mengatakan, bahwa banyak masyarakat Nusantara yang perokok. Terutama, jenis kretek yang asli Nusantara. Sehingga, tak bisa dibayangkan banyaknya orang yang akan terhukum batin dan fisiknya bila hal tersebut tidak disikapi. Selain itu, ada pertimbangan fungsi ekonomi, dimana kretek telah menumbuhkan pekerjaan bagi banyak orang saat berlangsungnya Malaise Ekonomi ketika itu.

Pikiran perlawanan ini yang telah melahirkan Nahdlatul Tujjar (Kebangkitan Pedagang) bermayoritas pengusaha batik dan rokok kretek, juga menjadi awal mula menuju Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Nasional) yang bertransformasi menjadi Nahdlatul Ulama.

Artikel tersebut pernah tayang di Rokok Indonesia.
https://plus.google.com/share?url=https://rokokindonesia.com/rokok-dan-sejarah-lahirnya-nahdlatul-ulama/