Kutub.id- Kata siapa peran perempuan hanya di dapur, sumur, dan kamar? Tak sedikit orang pula yang memandang sebelah mata peran seorang perempuan dalam kontribusi di suatu bidang. Padahal, sejak zaman Nabi Muhammad SAW banyak perempuan cerdas yang sudah tercatat dalam sejarah keilmuannya. Bahkan, jasa-jasa mereka menjadi sumbangsih untuk perkembangan peradaban Islam pada zamannya.
Ada banyak sahabat Nabi yang menjadi tokoh Muslimah pada zaman Nabi SAW dan ada beberapa yang masyhur ditelinga kita, salah satunya Istri Nabi Muhammad SAW yaitu Sayyidah Aisyah RA.
Pasti sudah tidak asing lagi dengan nama beliau, Istri Nabi Muhammad SAW dan anak dari seorang khalifah pertama Abu Bakar as-Shiddiq. Nama beliau juga banyak terdapat di banyak hadist, bukan heran beliau pun menjadi sumbangsih terbanyak dalam meriwayatkan hadist-hadist keseharian Nabi SAW.
Diketahui pula, Aisyah telah meriwayatkan sebanyak 2210 hadis dan sunnah dari Nabi Muhammad SAW, yang menjadi sumber ilmu lain bagi umat Islam, selain Al-Quran. Maka dari itu, setiap hadist yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah itu shahih (nyata dan benar).
Sayyidah Aisyah pun dijuluki dengan Amirul Mu’minin (Ibunya orang-orang mukmin) dan menjadi istri yang sangat Rasulullah cintai. Beliau salah satu wanita yang cerdas dan mampu menguasai beberapa ilmu, dan menjadi istri setia Nabi Muhammad SAW sampai akhir hayat.
Siapa sangka di antara istri-istri Nabi Muhammad SAW semuanya adalah janda. Namun, hanya Aisyah yang berstatus seorang gadis. Sehingga, hal tersebut menjadi sebuah kehormatan saat Nabi SAW berpoligami dengan Aisyah di saat umurnya yang masih belia.
Kehidupan Nabi Muhammad SAW dengan Aisyah setalah menikah memang sangat sederhana, bahkan rumah tempat tinggal beliau sangat kecil dan sempit. Berada di perkampungan Bani Hajar yang di kelilingi masjid Nabawi, dan jarak rumah Nabi SAW dengan masjid itu sangat dekat. Sehingga, masjid tersebut seakan-akan menjadi serambi bagi Nabi Muhammad SAW yang jaraknya bisa di lihat saat Nabi Muhammad SAW biasa memasukkan kepala beliau ke kamar Aisyah sementara beliau sedang beriktikaf di masjid, dan Aisyah pun menyisirkan rambut beliau. (HR Bukhori dan Muslim)
Walau umur Aisyah jauh dengan umur Nabi Muhammad SAW, namun tak jarang mereka menunjukkan keromantisannya masing-masing, sampai-sampai membuat istri-istri Nabi Muhammad SAW lainnya cemburu. Aisyah pun meriwayatkan jika dirinya dengan Nabi Muhammad SAW makan sepiring berdua dan satu selimut berdua. Maka, tak heran jika Nabi Muhammad SAW memanjakan Aisyah dengan sedemikian rupa, karena memang Aisyah sosok yang manja yang membuat Nabi Muhammad SAW betah di dekatnya.
Selain itu, tak banyak yang tahu jika Nabi Muhammad SAW mempunyai panggilan sayang untuk Aisyah, yaitu Humaira (pipi yang kemerah-merahan). Hal yang simple di aplikasikan dalam suatu hubungan, namun membuat hubungan itu makin erat dan romantis. Tidak hanya romantis, Nabi Muhammad SAW pun sangat perhatian kepada Aisyah apalagi pada keadaan-keadaan khusus (haid).
Maka dari itu, Aisyah menjadi sosok yang sangat berpengaruh dan dipandang para sahabat Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin karena bersanding dengan utusan Allah SAW. Wallahu a’lam.
Teks/Foto: Zakiyah/Mahasiswi Universitas Islam Bandung
Editor: Renita