Kutub.id– Di kota Yogyakarta yang dikenal sebagai Kota pelajar merupakan rumah kelahiran banyak tokoh nasional yang sejak jasanya masih bisa dirasakan hingga sekarang. Salah satu tokoh perempuan nasional dengan jasa dan jejak langkah panjang yaitu Siti Walidah, istri Pendiri Muhammadiyah, K.H Ahmad Dahlan.
Siti Walidah merupakan salah satu pahlawan nasional, juga tokoh emansipasi perempan di Indonesia. Namanya memang sempat tenggelam, tertutup oleh kebesaran nama sang suami, K.H Ahmad Dahlan yang sudah dikenal di negeri ini, bahkan sampai ke dunia internasional. Namun tidak banyak yang tau perempuan dibalik Kiai Ahmad Dahlan, yang begitu tangguh dan setia mendampingi perjuangan suaminya untuk menyebarkan, mengajarkan dan agama Islam di Indonesia.
Walau demikian, dalam sejarah pergerakan Islam di Indonesia, Siti Walidah yang lebih dikenal sebagai tokoh besar pergerakan perempuan Muslim Indonesia. Ia memiliki andil yang kuat dalam mendorong kemajuan kaum perempuan melalui spirit Islam. Keterlibatannya dalam menggerakan perempuan di Indonesia, dimulai dengan turut dalam aktivitas Muhammadiyah dan Aisyiyah. Pemikirannya yang cukup populer adalah bahwa, “Perempuan bukanlah bawahan apalagi lawan laki-laki, mereka adalah mitra suami yang juga memiliki hak untuk mengenyam pendidikan.”
Siapa sangka, Siti Walidah adalah seorang anak perempuan yang lahir pada masa dimana perempuan tidak mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki, terutama dalam menuntut ilmu. Dengan situasi seperti itu, bukan hal yang aneh jika Siti Walidah tidak pernah menempuh pendidikan formal di sekolah umum yang didirikan oleh pemerintahan Belanda. Namun, ia menggantikan dengan secara aktif mengikuti pendidikan agama dari ayahnya dan ulama-ulama yang mengajar mengaji di masjid Kauman atau di pondok milik ayahnya.
Sebagai seorang ulama dan pendidik, Muhammad Dahlan memang memiliki pondok yang biasa dipergunakan untuk shalat keluarganya sekaligus mengajar ilmu agama pada masyarakat sekitar. Dalam upaya menempuh pendidikan itu, Siti Walidah selalu tekun dan hikmat, mengikuti pelajaran yang diberikan oleh ayahnya. Hari harinya diisi dengan membaca kitab-kitab agama Islam dan mengaji Al Quran. Ia juga mendapat pendidikan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan perempuan, baik dalam peran maupun statusnya sebagai istri maupun seorang ibu. Karena itu, walau tidak menempuh pendidikan formal, Siti Walidah memiliki wawasan dan pandangan yang luas tentang ilmu-ilmu Islam dan kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Bahkan ilmu yang dimiliki nya tidak kalah jika dibandingkan dengan saudara laki lakinya.
Kemudian Siti Walidah tumbuh menjadi anak perempuan yang memiliki ilmu-ilmu Islam yang cukup luas. Kepiawaiannya dalam membaca dan menulis huruf Arab Pegon, yakni Bahasa dalam kitab kitab yang dipelajarinya, menjadikan Siti Walidah semakin rajin untuk mempelajari banyak kitab kitab kuning. Dengan Ilmu yang cukup dan wawasannya yang luas dalam kehidupan sosialnya, di tambah dengan mental yang berani dan fasih dalam berbicara, membuat Kiai Fadil memberi kepercayaan pada putrinya untuk mengajar di langgar-langgar sekitar Kauman. Ia juga dikenal mahir memberikan motivasi pada murid-murid remajanya, sehingga semakin hari muridnya asuhannya semakin banyak pula.
Demikian Siti Walidah terus mendamping dan membesarkan hati suaminya untuk cita cita mulianya itu. Sebab sebagai seorang yang terdidik dengan kehidupan yang sederhana, bahkan cukup pahit, menjadikan Siti Walidah menjadi kuat menghadapi tantangan tantangan yang dialami oleh suaminya. Sehingga dengan pengalaman tersebut tidak membuat nya mengalami traumatik terhadap situasi yang melingkupinya, bahkan ia semakin tegar dan peril ikut berpartisipasi aktif dalam menjalankan langkah langkah suaminya.
Bagi Siti Walidah, Ahmad Dahlan bukan sekedar suami, tetapi juga seorang guru sekaligus partner dalam memperjuangkan Islam dan pergerakan perempuan.
Peulis : Zakia Norma Yunita/ Magang
Editor : Siti Fatonah