Kutub.id- Dalam sebuah riwayat, Rasulullah Saw bersabda “Barangsiapa yang ingin melihat seorang bidadari, maka hendaklah ia melihat Ummu Rumman.” Hadist tersebut disadur dari kitab Kanzul Ummal, menggambarkan tentang sosok Ummu Rumman yang merupakan perempuan dengan kecantikan zahir dan batinnga. Sehingga Rasulullah SAW sendiri pun mengibaratkannya seperti bidadari surga. Siapakah Ummu Ruman ini?
Ummu Rumman merupakan ibu dari Aisyah RA dan merupakan istri dari Abi Bakar As Shiddiq. Ummu Rumman memiliki nama lengkap Ummu Rumman binti Amir ibn Uwaimir ibn Abdis Syams ibn “itab ibn Kinanah. Ummu Ruman lahir dan tumbuh di daerah jazirah Arba, yakni diwilayah yang disebut dengan Assadat. Setelah memasuki usia menikah, Ummu Rumman dilamar oleh salah seorang pemuda jazirah Arab yang tergolong istimewa di antara pemuda lainnya. Ia adalah al Haris ibn Sukhairah Alazdi. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Althufail.
Ketika sang suami, Al Haris memilih untuk menetap di Mekah, ia membawa sang istri dan anaknya ke sana. Kehidupan di Mekah mengharuskannya ikut ke dalam blok dari seorang tokoh ternama demi melindungi dan mengatur perikehidupannya. Karena itu, Al Haris bersekutu dan berteman dengan Abdullah bin Abi Quhafah yakni Abu Bakar Al Shiddiq. Peristiwa itu sebelum diutusnya Rasulullah Saw. untuk memulai dakwah Islamnya.
Tidak lama kemudian, Al Haris ibn Sukhairah, suami Ummu Rumman meninggal dunia. Alhasil tidak ada yang dilakukan oleh Abu Bakar selain melamar Ummu Rumman sebagaimana kebiasaan bangsa Arab untuk menghormati sahabatnya yang meninggal. Setelah pernikahan yang keduanya bersama Abu Bakar Al Shiddiq, Ummu Rumman dikaruniai seorang putra bernama Abdurrahman dan seorang putri yang bernama Aisyah.
Ummu Ruman merupakan contoh seorang istri yang shalehah dan senantiasa mendampingi suaminya untuk meringankan segala beban yang ada. Ia Pun membebaskan banyak budak lemah yang menyatakan masuk islam. Saat Nabi Muhammad Saw, diutus untuk menyampaikan risalah ilahiyyah, Abu Bakar adalah orang pertama yang beriman kepada Rasulullah Saw. dan mempercayai dakwah Islam yang beliau bawa. Ia pun mengetahui kewajiban besar yang harus ia tunaikan, yaitu ikut andil dalam mendakwahkan Islam. Mula-mula Abu Bakar mendekati istrinya, Ummu Rumman, dan menceritakan tentang agama baru yang dibawa oleh sahabatnya itu, sekaligus mengajak sang istri untuk memeluk agama ini. Ummu Rumman pun beriman kepada Allah dan Rasul Nya, dan menjadi muslimah yang baik.
Rasulullah Saw. selalu berkunjung ke rumah Abu Bakar untuk mendapat keamanan dan ketenangan. Sementara itu, sahabat Abu Bakar menyambutnya dengan penuh cinta dan kehangatan. Demikian pula istrinya, Ummu Rumman, yang menyambut dengan senang dan gembira serta memberi jamuan yang terbaik. Hingga saat Aisyah RA. memasuki usia enam tahun lalu datanglah Rasulullah Saw. untuk meminang dan menikahinya. Hal ini menjadi bentuk ketaatan beliau kepada perintah Allah. Ummu Rumman pun merasakan bahagia atas terbangunnya hubungan kekeluargaan yang mulia tersebut.
Ummu Rumman turut merasakan pengalaman yang begitu pahit saat menyaksikan putrinya, Aisyah ra. menjadi korban kedustaan seorang gembong munafik, Abdullah bin Ubay bin Salul. Dusta yang dikenal dengan hadisul ifki (berita bohong) begitu ramai dipergunjingkan di tengah umat. Ummu Rumman pun sempat jatuh pingsan karena tertekannya oleh fitnah yang ia dengar berkaitan dengan sang putri tercinta. Aisyah ra. yang dituduh melakukan perselingkuhan dengan sahabat Safwan bin Muattal. Namun Ummu Rumman menyembunyikan persoalan itu dari Aisyah ra., sebagai bentuk kasih sayangnya seraya merendahkan diri kepada Allah agar Dia memberikan jalan keluar dengan cara yang terbaik.
Aisyah Ra sendiri mengetahui fitnah yang tersebar di tengah umat melalui Ummu Masthah ibn Utsasah yang bercerita kepadanya. Oleh karena itu, Aisyah pulang ke rumah orang tuanya seraya menangis mengadukan berita dusta tersebut. Ummu Rumman dengan penuh haru mengatakan “Wahai anakku, tenanglah, jangan terlalu engkau pikirkan soal itu. Demi Allah, jarang sekali ada wanita cantik yang dicintai suaminya yang memiliki beberapa madu, kecuali pasti banyak berita kotor dilontarkan kepadanya.”
Akhirnya, Allah menurunkan ayat-ayat mulia untuk membersihkan nama Aisyah ra. Allah Swt berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ ۚ وَالَّذِي تَوَلَّىٰ كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. (QS. Annur: 11).
Keadaan tersebut merupakan fase terberat yang pernah dialami oleh Ummu Rumman. Peristiwa tersebut sesungguhnya mempengaruhi jiwanya hingga ia jatuh sakit dan Aisyah RA pun merawat ibunya selama sakit hingga ia menghembuskan napas terakhir.
Bersama beberapa orang, Rasulullah Saw. turun ke liang lahat Ummu Rumman seraya berdoa “Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu apa yang telah dialami oleh Ummu Rumman karena Engkau dan karena RasulMu.”
Demikianlah kisah ketegaran Ummu Rumma seorang perempuan dari golongan bidadari surga dan seorang istri yang tegar. Barangkali kisah Ummu Rumma bisa menjadi teladan bagi kita semua untuk menjadi seorang perempuan yang tegar dan seorang ibu yang penuh dengan kehangatan dan kasih sayang kepada anaknya.
Wallahu A’lam Bishawab
Penulis : Zakia Norma Yunita/Magang
Editor : Siti Fatonah